Ramadan di Bali: Tradisi Megibung Masjid Baitul Makmur Jalin Ukhuwah Lewat Sajian Nasi Kebuli
Ramadan di Bali: Tradisi Megibung Masjid Baitul Makmur Jalin Ukhuwah Lewat Sajian Nasi Kebuli
Masjid Baitul Makmur, yang berlokasi di Perumahan Munang-Maning, Desa Tegal Harum, Denpasar, Bali, menjaga kelestarian tradisi megibung selama bulan Ramadan. Tradisi makan bersama ini dilaksanakan pada Minggu, 9 Maret 2025, setelah berbuka puasa, menampilkan hidangan nasi kebuli sapi yang lezat. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian Festival Ramadan yang diselenggarakan oleh masjid setempat. Tradisi megibung di Masjid Baitul Makmur bukan sekadar kegiatan makan bersama, melainkan juga upaya untuk mempererat tali silaturahmi dan memperkuat ukhuwah Islamiyah di tengah masyarakat.
Yus Subianto, panitia Festival Ramadan Baitul Makmur, menjelaskan bahwa kegiatan megibung ini telah berlangsung selama delapan tahun. Dalam Ramadan tahun ini, megibung direncanakan terlaksana sebanyak tiga kali dengan variasi menu yang berbeda untuk memberikan pengalaman kuliner yang beragam kepada para jamaah. Untuk megibung pertama ini, panitia menyiapkan sekitar 100 kilogram daging sapi, yang diolah menjadi hidangan nasi kebuli lezat untuk 600 porsi. Jumlah porsi tersebut disiapkan untuk menampung jamaah masjid dan pengunjung yang mengetahui informasi acara melalui media sosial. Yang menarik, dana yang digunakan sepenuhnya berasal dari sumbangan para jamaah masjid dan donatur dari berbagai daerah, bahkan hingga luar Pulau Bali, yang mengetahui acara tersebut melalui media sosial. Hal ini membuktikan bahwa tradisi megibung di Masjid Baitul Makmur telah mendapatkan tempat tersendiri di hati banyak orang.
Pantauan langsung di lokasi menunjukkan antusiasme tinggi para jamaah yang hadir, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Panitia membuka kesempatan bagi siapa pun untuk turut serta dalam tradisi megibung ini. Muhammad Saiful Arif, seorang jamaah dari Renon, Denpasar, mengungkapkan pengalaman pertamanya mengikuti tradisi megibung ini dengan penuh kekaguman. Ia bahkan berencana untuk kembali berpartisipasi pada pekan berikutnya. Senada dengan Arif, Tias, warga Munang-Maning yang telah mengikuti megibung selama dua tahun berturut-turut, menyampaikan harapannya agar tradisi ini dapat terus memperkuat persaudaraan dan keimanan umat Muslim, menciptakan suasana rukun dan damai di tengah-tengah masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa tradisi megibung telah berhasil menjadi wadah yang efektif untuk memupuk rasa kebersamaan dan memperkuat nilai-nilai keagamaan di bulan Ramadan.
Tradisi megibung di Masjid Baitul Makmur tidak hanya sekadar menyajikan hidangan lezat, tetapi juga menjadi simbol dari kebersamaan, kepedulian, dan semangat berbagi di bulan suci Ramadan. Kegiatan ini juga menjadi bukti nyata bahwa media sosial dapat digunakan sebagai alat yang efektif untuk menyebarkan informasi positif dan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan yang bermanfaat.
Berikut beberapa poin penting yang dapat disimpulkan dari kegiatan ini:
- Tradisi megibung telah berlangsung selama 8 tahun di Masjid Baitul Makmur.
- Megibung Ramadan tahun ini dilaksanakan sebanyak 3 kali dengan menu yang berbeda.
- Sumber dana sepenuhnya berasal dari sumbangan jamaah dan donatur melalui media sosial.
- Acara dihadiri oleh berbagai kalangan usia dan terbuka untuk umum.
- Kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat persaudaraan dan keimanan umat Muslim.