Misteri Kematian Raja Tutankhamun Terkuak: Malaria dan Perkawinan Sedarah Diduga Jadi Faktor Utama
Misteri Kematian Raja Tutankhamun Terpecahkan Melalui Analisis DNA
Setelah satu abad penuh spekulasi, misteri di balik kematian Raja Tutankhamun, firaun muda yang legendaris, akhirnya menemui titik terang. Sebuah studi mendalam yang melibatkan Pusat Penelitian Nasional Kairo dan dua ahli DNA dari Jerman, berhasil mengungkap fakta-fakta baru yang mengejutkan tentang penyebab kematiannya.
Analisis DNA mutakhir terhadap mumi Raja Tutankhamun mengungkapkan bahwa ia kemungkinan besar menghembuskan nafas terakhir akibat komplikasi dari malaria yang berulang. Penyakit ini, yang dahulu kala menjadi momok menakutkan, diperparah oleh kondisi kesehatan yang rentan akibat praktik perkawinan sedarah yang lazim di kalangan keluarga kerajaan Mesir kuno.
Tim Batty, Manajer Umum Pameran Tutankhamun, menyambut baik penemuan ini sebagai "kepingan lain yang sangat penting dari teka-teki besar mengenai kehidupan dan kematian Tutankhamun." Temuan ini tidak hanya memperjelas penyebab kematian sang firaun, tetapi juga memberikan wawasan baru tentang sejarah keluarganya.
Garis Keturunan dan Penyakit Keturunan
Analisis genetik mengungkap bahwa kakek dan nenek Raja Tut adalah Firaun Amenhotep III dan Ratu Tiye. Menariknya, ada dugaan bahwa keduanya juga menderita malaria, penyakit yang ditularkan oleh nyamuk dan seringkali berakibat fatal di zaman kuno. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Tutankhamun terinfeksi malaria yang mungkin telah membunuhnya.
Sampel jaringan dari sisa-sisa mumi yang diambil pada tahun 2000 digunakan dalam analisis ilmiah yang cermat. Para peneliti menemukan bukti genetik yang menunjukkan bahwa infeksi malaria berulang memainkan peran penting dalam kematian firaun. Menurut Batty, "Malaria hanyalah satu dari sekian banyak kemungkinan penyebab kematiannya." Meskipun malaria kemungkinan menjadi penyebab utama, faktor-faktor lain juga berkontribusi pada kematiannya.
Identitas Orang Tua dan Implikasi Perkawinan Sedarah
Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa Raja Tut kemungkinan adalah putra dari mumi anonim yang ditemukan di makam KV55 di Lembah Para Raja. Ayahnya diyakini sebagai Firaun Akhenaten, sementara identitas ibunya masih menjadi perdebatan di kalangan arkeolog, meskipun ada dugaan bahwa dia dimakamkan di makam KV35.
Selain informasi genetik tentang hubungan keluarga Tut, tes DNA mengungkapkan informasi lebih lanjut seperti penyakit dan masalah warisan yang mungkin menimpa Tutankhamun. Perkawinan sedarah, yang umum terjadi di kalangan keluarga kerajaan pada saat itu, meningkatkan risiko penyakit genetik dan cacat lahir.
Salah satu kondisi tersebut adalah penyakit Köhler, kelainan tulang langka pada kaki anak-anak yang membatasi aliran darah ke jaringan tulang dan menyebabkan nekrosis. Pemindaian CT sebelumnya menunjukkan bahwa Tutankhamun mungkin mengalami nekrosis pada kaki kirinya, yang didukung oleh penemuan tongkat jalan di makamnya. Para peneliti menyimpulkan bahwa gangguan berjalan dan penyakit malaria yang diderita Tutankhamun didukung oleh penemuan tongkat dan apotek akhirat di makamnya.
Dengan terungkapnya misteri kematian Raja Tutankhamun, kita mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan, penyakit, dan praktik budaya di Mesir kuno. Penelitian ini membuka jalan bagi eksplorasi lebih lanjut tentang sejarah dan warisan peradaban kuno yang menakjubkan ini.