Xi Jinping Kritik 'Perundungan' Negara Besar di Tengah Meredanya Perang Tarif AS-China

Pertemuan Forum China-CELAC di Beijing menjadi panggung bagi Presiden Xi Jinping untuk menyampaikan kritik implisit terhadap Amerika Serikat, sehari setelah tercapainya kesepakatan awal dengan AS terkait penurunan tarif. Xi Jinping menyinggung praktik "perundungan" dan hegemoni yang dilakukan negara-negara besar, sebuah sindiran yang secara luas ditujukan kepada Washington.

Dalam forum yang dihadiri oleh para pemimpin Amerika Latin dan Karibia, termasuk Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva dan Presiden Kolombia Gustavo Petro, Xi menekankan pentingnya kerjasama internasional dan menolak pendekatan konfrontatif. Ia memperingatkan bahwa tindakan sepihak dan proteksionisme, seperti perang tarif, hanya akan berujung pada isolasi. "Tidak ada pemenang dalam perang tarif atau perang dagang," tegas Xi, seraya menambahkan bahwa dunia saat ini membutuhkan persatuan dan kolaborasi untuk menjaga perdamaian, stabilitas, serta mendorong pembangunan global.

Presiden Kolombia, Gustavo Petro, memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menyampaikan keinginan negaranya bergabung dengan Belt and Road Initiative (BRI) dan menyerukan dialog antarperadaban yang setara, bebas dari dominasi dan imperialisme. Sementara itu, Presiden Chile, Gabriel Boric, menyatakan kesiapan Chile untuk memperdalam hubungan ekonomi dengan China. Fakta bahwa dua pertiga negara Amerika Latin telah bergabung dengan BRI, dan China telah melampaui AS sebagai mitra dagang utama bagi Brasil, Peru, dan Chile, semakin menggarisbawahi pergeseran dinamika kekuatan ekonomi di kawasan tersebut.

Di sisi lain, pasar global menyambut baik tanda-tanda meredanya ketegangan perdagangan antara China dan Amerika Serikat. Kesepakatan awal yang dicapai kedua negara untuk menurunkan tarif timbal balik dalam 90 hari, sebuah langkah yang disebut oleh mantan presiden AS Donald Trump sebagai "reset total", memberikan sentimen positif. Kesepakatan tersebut, yang mencakup penurunan tarif AS atas barang-barang China menjadi 30% dari sebelumnya 145% dan penurunan tarif China menjadi 10% dari 125%, dipandang sebagai de-eskalasi signifikan dalam perang dagang yang telah mengguncang ekonomi global.

Namun, sejumlah analis memperingatkan bahwa optimisme ini mungkin bersifat jangka pendek. Meskipun retorika antara AS dan China telah membaik, tantangan struktural yang lebih dalam tetap ada. Keberlanjutan tarif impor yang masih tinggi, meskipun telah diturunkan, berpotensi menekan arus perdagangan global, meningkatkan biaya produksi, dan menciptakan ketidakpastian di kalangan pelaku bisnis dan investor. Fitch Ratings mencatat bahwa tarif efektif AS saat ini berada di 13,1%, jauh di atas level sebelum perang dagang. Oleh karena itu, investor disarankan untuk tetap berhati-hati terhadap potensi volatilitas pasar di masa depan, terutama jika ketegangan kembali meningkat.

Daftar Partisipan Forum China-CELAC

  • Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva
  • Presiden Kolombia Gustavo Petro
  • Presiden Chile Gabriel Boric

Inisiatif Kolombia

  • Bergabung dengan Belt and Road Initiative (BRI)
  • Menyerukan dialog antarperadaban

Poin Kesepakatan Tarif AS-China

  • AS menurunkan tarif atas barang China menjadi 30% (sebelumnya 145%)
  • China menurunkan tarif menjadi 10% (sebelumnya 125%)