Kementerian Pertanian Genjot Percepatan Olah Tanah dan Tanam Guna Optimalisasi Musim Tanam Kedua

Kementerian Pertanian (Kementan) mengambil langkah strategis untuk mempercepat proses olah tanah dan penanaman di berbagai sentra produksi pertanian, termasuk wilayah Indramayu dan Subang, Jawa Barat. Inisiatif ini bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan musim tanam kedua (MT II) untuk memperkuat ketahanan pangan nasional dan mencapai target produksi yang lebih ambisius.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Andi Nur Alam Syah, menjelaskan bahwa percepatan ini adalah manifestasi nyata dari upaya berkelanjutan untuk menjaga stabilitas produksi pangan. "Kami tidak menunda hingga panen selesai sepenuhnya. Lahan yang telah dipanen segera kami olah dan tanami kembali, sehingga tidak ada lahan yang terbengkalai," ungkapnya saat meninjau langsung proses penanaman di Desa Wanasari, Kecamatan Bangodua, Indramayu, pada Selasa, 13 Mei 2025.

Untuk mendukung percepatan ini, Kementan telah menyalurkan bantuan berupa alat mesin pertanian (alsintan), benih unggul, dan memperkuat infrastruktur irigasi. Selain itu, pendampingan intensif di lapangan juga diberikan untuk meningkatkan produktivitas. "Dengan dukungan komprehensif, baik dari segi fisik maupun teknis, kami yakin target produksi akan tercapai," imbuh Andi Nur.

Percepatan penanaman di Indramayu mendapat respons positif dari para petani, terutama karena harga gabah kering panen (GKP) tetap stabil di kisaran Rp 6.900 hingga Rp 7.000 per kilogram. Para petani meyakini bahwa hasil panen musim tanam kedua akan lebih optimal berkat dukungan penuh dari pemerintah.

Kementan juga mendorong percepatan penanaman di Kabupaten Subang. Awalnya, target penanaman hanya 17.000 hektar, namun berkat kolaborasi antara berbagai lembaga dan kelompok tani, luas penanaman meningkat dua kali lipat menjadi 35.000 hektar. "Ini adalah bukti nyata efektivitas kerja sama antara pemerintah pusat, daerah, dan petani," tegas Andi Nur.

Sebagai langkah pendukung utama, Kementan telah berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) untuk membuka Saluran Irigasi Salamdarma pada 15 Mei 2025. Langkah ini diharapkan dapat memastikan ketersediaan air bagi lahan yang akan ditanami.

Wakil Bupati Indramayu, Syaefudin, menyampaikan bahwa wilayahnya memiliki luas baku sawah mencapai 126.088 hektar, dengan potensi tanam tahun ini diproyeksikan meningkat menjadi 129.806 hektar. "Saat ini, sekitar 40 persen lahan sudah dipanen dengan produktivitas rata-rata 6,8 ton per hektar. Dengan bantuan teknologi dari Kementan, kami yakin produktivitas dapat meningkat secara signifikan," ujar Syaefudin. Untuk musim tanam kedua, sebanyak 21.000 hektar lahan di wilayah barat Indramayu telah ditanami dari target 32.000 hektar yang ditetapkan hingga akhir Mei. Meskipun belum mencapai target penuh, Kabupaten Indramayu optimistis dapat menyelesaikannya tepat waktu.

Staf Khusus Menteri Pertanian Bidang Kebijakan, Sam Herodian, menyoroti bahwa percepatan penanaman tidak hanya berdampak pada ketahanan pangan, tetapi juga memberikan kontribusi nyata terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. "PDB sektor pertanian tumbuh hingga 10,57 persen. Ini menunjukkan bahwa visi besar Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman untuk menjadikan Indonesia sebagai negara adikuasa pertanian mulai terwujud," katanya.

Menurut Sam, keberhasilan Indonesia dalam meningkatkan produksi pangan juga menarik minat kerja sama dari sejumlah negara. "Permintaan pangan dari beberapa negara sahabat meningkat. Ini membuktikan posisi strategis Indonesia dalam sistem pangan global," jelasnya.

Sam menekankan bahwa keberhasilan program tersebut tidak lepas dari sinergi antara pemerintah pusat, daerah, serta dukungan dari TNI dan Polri. "Saya mengajak semua pihak untuk terus semangat. Kerja keras saja tidak cukup, kita juga harus bekerja cerdas. Mari jaga momentum ini dan terus berinovasi demi pertanian Indonesia yang lebih maju," tuturnya.