Uji Coba Akses Baru Stasiun Tanjung Barat Tuai Keluhan Penumpang KRL
Uji coba akses baru di Stasiun Tanjung Barat, Jakarta Selatan, menuai respons negatif dari para penumpang Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line. Sejumlah penumpang mengeluhkan perubahan alur yang dinilai tidak efisien dan memberatkan, terutama bagi mereka yang terburu-buru menuju tempat kerja atau memiliki keterbatasan fisik.
Salah seorang penumpang, Ana (26), mengungkapkan kekecewaannya terhadap akses baru tersebut. Ia merasa dipaksa untuk berjalan memutar melalui area komersial yang sebagian besar masih belum beroperasi. "(Akses baru ini) tidak nyaman ya, karena buat kami penumpang berangkat lebih pagi untuk jalan keliling mampir tenant makanan ya? Perlu dikaji lagi sih," ujarnya.
Ana, yang setiap hari menggunakan KRL untuk menuju Ragunan, menganggap perubahan ini mengganggu efisiensi perjalanannya. Ia mempertanyakan alasan pengalihan jalur yang dianggap terlalu jauh. "Harus dilihat lagi begitu jalur ini kenapa sampai harus dialihkan sejauh itu? Kalau untuk keperluan renovasi masih terima, tapi kalau untuk jangka panjang, saya enggak setuju," tegasnya.
Kekhawatiran serupa juga diutarakan oleh penumpang lain, Basith (25). Ia menilai akses baru ini memakan waktu lebih lama dan kurang praktis bagi para pekerja yang mengandalkan KRL sebagai transportasi utama. "Buat para pekerja yang berangkat jauh dari rumah ke kantor kan pilih KRL karena praktis dari segi waktu dan fisik dibandingkan bawa kendaraan pribadi. Tapi akses baru ini justru menghilangkan dua poin itu," keluhnya.
Basith menyarankan agar pihak stasiun mempertimbangkan opsi jalur yang lebih ringkas dan langsung, serta membuka kembali akses penyeberangan antar peron. Hal ini diharapkan dapat mengurangi beban perjalanan dan meningkatkan kenyamanan penumpang.
Adapun PT KAI Daerah Operasi I Jakarta sedang melakukan uji coba perubahan jalur masuk dan keluar stasiun Tanjung Barat. Jalur baru ini diperuntukkan bagi penumpang yang akan naik maupun turun di peron 1 dengan tujuan Depok, Citayam, Nambo dan Bogor. Penumpang kini diarahkan melewati bangunan yang berada diatas rel, yang sedianya sebagai area transit penumpang.
Berikut keluhan penumpang :
- Jarak Tempuh: Akses baru mengharuskan penumpang berjalan lebih jauh, yang dianggap melelahkan, terutama bagi lansia dan orang dengan mobilitas terbatas.
- Waktu Tempuh: Perjalanan menuju peron menjadi lebih lama, yang dapat menyebabkan keterlambatan, terutama bagi mereka yang memiliki jadwal padat.
- Kenyamanan: Penumpang merasa tidak nyaman harus berjalan melalui area komersial yang belum sepenuhnya beroperasi.
- Efisiensi: Perubahan ini dianggap mengurangi efisiensi perjalanan, yang merupakan salah satu keunggulan utama KRL.
Para penumpang berharap PT KAI dapat segera meninjau ulang akses baru ini dan mencari solusi yang lebih baik untuk meningkatkan kenyamanan dan efisiensi perjalanan KRL.