Uji Coba Akses Baru Stasiun Tanjung Barat Tuai Keluhan Penumpang KRL

Uji coba perubahan jalur akses di Stasiun Tanjung Barat, Jakarta Selatan, memicu reaksi beragam dari para pengguna setia KRL Commuter Line. Sejumlah penumpang menyampaikan keluhan terkait efisiensi dan kenyamanan yang terganggu akibat perubahan ini.

Beberapa penumpang merasa bahwa rute baru tersebut memaksa mereka untuk berjalan memutar melewati area komersial yang belum beroperasi penuh, sehingga menambah waktu tempuh dan tenaga. Ana, seorang pekerja yang setiap hari menggunakan KRL dari Tanjung Barat ke Ragunan, mengungkapkan kekecewaannya. Ia mempertanyakan urgensi pengalihan jalur yang menurutnya kurang efisien, terutama jika hanya untuk kepentingan renovasi sementara. Ana juga mengkhawatirkan dampaknya bagi penumpang lanjut usia yang mungkin kesulitan berjalan jauh.

"Mungkin untuk anak muda masih bisa dipaksain, tapi kalau orangtua atau lansia bagaimana? Dengan jalan menuju keluarnya makin lama dan makin jauh," jelasnya.

Basith, penumpang lainnya, juga merasakan hal serupa. Ia menyoroti bahwa salah satu alasan utama memilih KRL adalah kepraktisan waktu dan tenaga dibandingkan menggunakan kendaraan pribadi. Namun, dengan adanya akses baru ini, kedua aspek tersebut justru berkurang. Basith mengusulkan agar pihak stasiun mempertimbangkan alternatif rute yang lebih ringkas dan langsung, atau setidaknya membuka jalur penyeberangan antar peron.

PT KAI sendiri saat ini tengah melakukan uji coba akses baru yang diperuntukkan bagi penumpang yang akan naik dari Peron 1 menuju arah Depok, Citayam, Nambo, dan Bogor. Perubahan ini mengalihkan pintu masuk dan keluar stasiun ke bangunan di atas rel, yang sebelumnya berfungsi sebagai area transit dan fasilitas penunjang seperti toilet. Uji coba ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan dan kapasitas stasiun, namun tampaknya masih memerlukan penyesuaian agar tidak menimbulkan ketidaknyamanan bagi para penumpang.

Berikut adalah poin-poin keluhan yang disampaikan penumpang:

  • Jarak tempuh: Akses baru dinilai terlalu jauh dan memutar.
  • Efisiensi waktu: Penumpang merasa waktu tempuh ke peron menjadi lebih lama.
  • Kenyamanan: Rute baru dianggap kurang nyaman, terutama bagi lansia dan orang dengan mobilitas terbatas.
  • Area komersial: Melewati area ruko yang belum beroperasi dianggap tidak relevan.
  • Alternatif rute: Penumpang mengusulkan adanya rute yang lebih ringkas atau jalur penyeberangan antar peron.