Perjuangan Samsono: Sopir Truk Lintas Sumatera-Jawa, Antara Cinta Profesi, Dukungan Anak, dan Realita Pungutan Liar

Di balik kemudi truk lintas Sumatera-Jawa, Samsono (31) mengukir kisah hidupnya. Selama 11 tahun, pria asal Martapura, Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Sumatera Selatan ini, setia pada profesinya sebagai sopir truk antarkota antarprovinsi (AKAP). Rute yang dilakoninya menghubungkan Sumatera Selatan dengan denyut nadi ekonomi Pulau Jawa, termasuk Jakarta dan Jawa Barat.

Di sebuah rest area rumah makan yang terletak di jalur lintas Palembang-Prabumulih, Samsono terlihat menikmati jeda istirahatnya. Sambil menyeruput kopi, ia bercerita tentang suka duka profesi yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari hidupnya. Salah satu tantangan yang kerap dihadapinya adalah masalah pengisian bahan bakar minyak (BBM) jenis solar. Ia mengaku pernah ditolak saat hendak mengisi BBM di sebuah SPBU dengan alasan barcode yang dimilikinya telah digunakan sebelumnya. Padahal, ia merasa belum melakukan pengisian sama sekali. Kejanggalan ini memaksanya untuk menunggu selama 24 jam sebelum dapat kembali mengisi BBM.

Perjalanan Samsono menjadi sopir truk AKAP dimulai pada tahun 2014, setelah empat tahun menjadi kernet. Dari sembilan bersaudara, ia bukan satu-satunya yang memilih jalan ini. Dua saudaranya, serta seorang iparnya, juga berprofesi sebagai sopir truk AKAP. Sebuah fakta yang menunjukkan bahwa profesi ini telah menjadi bagian dari identitas keluarganya.

Samsono mengakui bahwa penghasilannya sebagai sopir truk AKAP tidaklah besar. Dengan pendapatan sekitar Rp 2 juta untuk sekali perjalanan yang memakan waktu satu minggu, ia harus pandai mengatur keuangan. Uang operasional sebesar Rp 3,5 juta harus cukup untuk menutupi berbagai pengeluaran selama perjalanan. Meski demikian, ia tetap bersyukur dengan apa yang diperolehnya.

"Dalam seminggu saya bisa bawa uang ke rumah sebesar Rp 2 juta, cukup untuk kebutuhan saya dan Faiz, anak saya yang baru berusia 9 tahun," ujar ayah tunggal ini.

Samsono kerap mengangkut berbagai komoditas, seperti buah-buahan dan sayuran, untuk didistribusikan ke pasar-pasar induk di Jakarta dan wilayah Jawa Barat lainnya. Sesekali, saat libur sekolah tiba, Faiz ikut menemani ayahnya dalam perjalanan panjang tersebut. Momen-momen ini menjadi kesempatan berharga bagi Samsono untuk menjalin kedekatan dengan sang anak.

Faiz, sang buah hati, menjadi sumber semangat dan pengingat bagi Samsono. Ia sering kali mengingatkan ayahnya untuk tidak mengebut atau mengemudi dalam kondisi mengantuk. Nasihat-nasihat kecil dari Faiz menjadi penyejuk di tengah kerasnya kehidupan jalanan.

Namun, perjalanan Samsono tidak selalu mulus. Ia juga harus menghadapi berbagai tantangan, seperti kondisi jalan yang buruk dan praktik pungutan liar (pungli) yang marak terjadi, terutama di daerah Lampung. Ia memperkirakan, sekali jalan, ia bisa menghabiskan hingga Rp 500.000 untuk membayar pungli. Ironisnya, di tengah praktik ilegal ini, Samsono juga merasakan sisi positifnya. Ia mengaku, jika mengalami kendala seperti mobil rusak atau pecah ban di daerah Lampung, para pelaku pungli justru akan membantu menjaga dan mengarahkannya ke bengkel terdekat.

Kondisi jalan yang bergelombang dan berlubang, terutama di daerah Banjarmasin dan Lampung, menjadi keluhan utama Samsono. Ia berharap pemerintah dapat segera memperbaiki infrastruktur jalan agar perjalanan para sopir truk menjadi lebih lancar dan aman.

Selain perbaikan jalan, Samsono juga berharap adanya peningkatan uang operasional. Ia berharap uang operasional dapat dinaikkan menjadi Rp 4,2 juta agar dapat membawa pulang lebih banyak uang untuk keluarganya.

Di balik segala tantangan dan keterbatasan, Samsono tetap mencintai profesinya sebagai sopir truk AKAP. Ia merasa bangga dengan apa yang dikerjakannya, dan bersyukur karena anaknya, Faiz, juga bangga dengan profesinya. Meski sering diolok-olok teman-temannya karena pekerjaan ayahnya, Faiz tetap teguh mendukung dan menyemangati Samsono.

"Alhamdulillah, Faiz anak saya bangga dengan profesi saya dan sering ikut saya saat ke Jawa, terutama saat libur panjang," pungkas Samsono.