Ruben Amorim Dilema: Ambisi Liga Champions Manchester United dan Realitas Skuad yang Memprihatinkan
Manchester United berada di ambang peluang untuk menebus performa buruk mereka musim ini dengan meraih gelar juara Liga Europa, sebuah pencapaian yang akan secara otomatis mengamankan tempat mereka di Liga Champions musim depan. Namun, prospek ini justru menghadirkan dilema tersendiri bagi manajer tim, Ruben Amorim.
Performa Manchester United di Liga Premier musim ini jauh dari kata memuaskan. Dipastikan finis di luar sepuluh besar, klub berjuluk Setan Merah ini terpuruk di peringkat ke-16 klasemen sementara, dengan potensi maksimal naik ke posisi ke-13 jika mampu memenangkan dua pertandingan sisa mereka. Pencapaian terburuk ini mengulang catatan kelam musim 1989/1990, di mana mereka finis di urutan ke-13. Jika Setan Merah gagal memperbaiki posisinya, maka ini akan menjadi rekor terendah mereka sejak terdegradasi dari Liga Inggris pada musim 1973/1974, saat menduduki peringkat ke-21.
Di tengah keterpurukan ini, secercah harapan muncul dari keberhasilan mereka melaju ke final Liga Europa, di mana mereka akan berhadapan dengan Tottenham Hotspur. Pertandingan ini bukan hanya sekadar kesempatan untuk meraih trofi, tetapi juga menjadi jalur krusial untuk mengamankan tempat di Liga Champions, yang akan memberikan suntikan dana signifikan bagi keuangan klub yang tengah mengalami kesulitan.
Namun, di balik peluang emas ini, Amorim menyimpan kekhawatiran mendalam. Ia menyadari bahwa skuad yang ada saat ini belum cukup kompetitif untuk bersaing di dua front sekaligus, yaitu Liga Premier dan Liga Champions. Amorim menekankan perlunya perombakan besar-besaran dalam skuad, sebuah proses yang membutuhkan waktu dan sumber daya yang tidak sedikit. Sementara, tekanan untuk meraih hasil instan di klub sebesar Manchester United sangatlah tinggi.
"Final Liga Europa bukanlah masalah utama bagi kami saat ini. Kami perlu melakukan perubahan mendasar di klub ini, perubahan yang jauh lebih dalam daripada sekadar memenangkan final," ungkap Amorim, seperti dikutip dari BBC.
"Berkompetisi di Liga Premier dan Liga Champions terasa seperti mimpi yang jauh bagi kami. Kami harus menyadari realitas ini. Saya tidak terlalu khawatir tentang final itu sendiri. Para pemain akan fokus, tetapi saya tidak yakin apakah bermain di Liga Champions adalah hal terbaik untuk kami saat ini," imbuhnya.
Pernyataan Amorim mencerminkan keraguan mendalam tentang kesiapan timnya untuk menghadapi tantangan ganda di musim depan. Di satu sisi, Liga Champions menawarkan prestise dan keuntungan finansial yang sangat dibutuhkan. Namun, di sisi lain, partisipasi di kompetisi elit Eropa ini akan menuntut performa yang konsisten dan skuad yang mumpuni, sesuatu yang belum dimiliki Manchester United saat ini. Dilema Amorim ini menyoroti tantangan besar yang dihadapi Manchester United dalam upaya mereka untuk kembali ke puncak kejayaan.