DPR RI Dorong Investigasi Komprehensif Terkait Ledakan Maut Amunisi di Garut

Tragedi ledakan amunisi yang menewaskan 13 orang di Desa Sagara, Cibalong, Garut, Jawa Barat, memicu reaksi keras dari Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI). Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Dave Laksono, mendesak Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk segera melakukan investigasi mendalam dan menyeluruh guna mengungkap penyebab pasti insiden tersebut.

Laksono menekankan pentingnya memastikan bahwa standar operasional prosedur (SOP) dalam pemusnahan amunisi telah dijalankan dengan benar. Menurutnya, investigasi ini krusial untuk mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan. Ia juga mendorong TNI untuk meninjau ulang dan merevisi kebijakan terkait pemusnahan amunisi yang sudah tidak layak pakai.

Selain investigasi, Laksono juga memberikan sejumlah rekomendasi kepada pemerintah dan TNI, meliputi:

  • Peningkatan Pengawasan: Memperketat pengawasan terhadap seluruh proses pemusnahan amunisi, mulai dari penyimpanan hingga pelaksanaan peledakan.
  • Audit Prosedur Keamanan: Melakukan audit menyeluruh terhadap prosedur keamanan yang berlaku untuk mengidentifikasi potensi celah dan kelemahan.
  • Sosialisasi kepada Masyarakat: Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat sekitar lokasi pemusnahan amunisi mengenai potensi risiko dan langkah-langkah mitigasi yang perlu diambil.
  • Santunan kepada Keluarga Korban: Memberikan santunan yang layak kepada keluarga korban sebagai bentuk dukungan dan tanggung jawab.

"Diharapkan pemerintah dan TNI segera mengambil langkah konkret guna memastikan keamanan masyarakat ke depannya," tegas Laksono.

Lebih lanjut, Laksono menyampaikan belasungkawa mendalam atas insiden tragis ini. "Saya menyampaikan dukacita yang mendalam atas insiden tragis ledakan amunisi tak layak pakai di Garut yang menyebabkan 13 korban jiwa, termasuk anggota TNI dan warga sipil," ujarnya.

Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen Wahyu Yudhayana menjelaskan bahwa ledakan terjadi saat tim dari Gudang Pusat Amunisi dan Pusat Peralatan TNI AD melakukan penyusunan detonator untuk meledakkan amunisi afkir. Saat proses penyusunan detonator di dalam lubang, ledakan tiba-tiba terjadi, menyebabkan 13 orang meninggal dunia, termasuk empat anggota TNI AD.