Amerika Serikat dan China Capai Kesepakatan Pengurangan Tarif Impor Guna Akhiri Perang Dagang
AS dan China Sepakat Redakan Ketegangan Perdagangan dengan Pengurangan Tarif
Setelah berbulan-bulan mengalami ketegangan perdagangan yang meningkat, Amerika Serikat dan China mengumumkan kesepakatan penting untuk mengurangi tarif impor secara bertahap. Langkah ini dipandang sebagai upaya signifikan untuk meredakan perang dagang yang telah berlangsung lama, yang telah menciptakan ketidakpastian ekonomi global dan mengguncang pasar keuangan.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyatakan bahwa kedua negara telah setuju untuk membekukan sementara penerapan tarif impor selama 90 hari ke depan. Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa tarif akan diturunkan secara substansial, lebih dari 100 poin persentase menjadi 10%. Kesepakatan ini dicapai setelah serangkaian perundingan intensif yang bertujuan untuk menjembatani perbedaan antara kedua ekonomi terbesar di dunia.
"Kedua negara telah berjuang untuk kepentingan nasionalnya masing-masing, dan kami akan terus bergerak ke arah perdagangan yang seimbang", kata Bessent.
Pertemuan di Jenewa antara Bessent dan Perwakilan Dagang AS, Jamieson Greer, dengan para pejabat tinggi China menandai interaksi tatap muka pertama antara pejabat ekonomi senior kedua negara sejak kembalinya Presiden Donald Trump ke Gedung Putih. Pemerintahan Trump telah mengambil sikap yang lebih agresif terhadap praktik perdagangan China, memberlakukan serangkaian tarif baru yang berdampak besar pada perdagangan bilateral.
Sejak menjabat di bulan Januari, pemerintahan Trump telah meningkatkan tarif yang dibayarkan oleh importir AS untuk barang-barang dari China hingga mencapai 145%. Tindakan ini merupakan kelanjutan dari kebijakan tarif yang telah diterapkan selama masa jabatan pertamanya, serta tarif yang diberlakukan selama pemerintahan Biden.
Sebagai tanggapan terhadap tindakan AS, China memberlakukan pembatasan ekspor pada komoditas penting yang digunakan oleh produsen senjata dan barang elektronik konsumen AS. China juga meningkatkan tarif pada barang-barang AS menjadi 125%, memperburuk ketegangan perdagangan.
Perang tarif antara kedua negara menyebabkan terhentinya perdagangan senilai hampir US$ 600 miliar. Situasi ini mengganggu rantai pasokan global, memicu kekhawatiran tentang potensi stagnasi ekonomi, dan mengakibatkan pemutusan hubungan kerja di berbagai sektor industri. Kesepakatan terbaru ini diharapkan dapat memberikan kelegaan bagi bisnis dan konsumen di kedua negara, serta memberikan dorongan untuk pertumbuhan ekonomi global.
Implikasi dari kesepakatan ini jauh melampaui perdagangan bilateral antara AS dan China. Perang dagang telah menciptakan ketidakpastian bagi bisnis di seluruh dunia, memaksa mereka untuk menunda investasi dan merestrukturisasi rantai pasokan. Pengurangan tarif diharapkan dapat mengurangi ketidakpastian ini dan mendorong investasi baru, sehingga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi global yang lebih kuat.
Namun, penting untuk dicatat bahwa kesepakatan ini hanyalah langkah awal. Masih ada perbedaan mendasar antara AS dan China mengenai berbagai isu perdagangan, termasuk kekayaan intelektual, transfer teknologi paksa, dan subsidi pemerintah. Diperlukan negosiasi lebih lanjut untuk mengatasi masalah-masalah ini dan mencapai kesepakatan perdagangan yang komprehensif dan berkelanjutan.
Dengan demikian, dunia akan terus mengawasi perkembangan lebih lanjut dalam hubungan perdagangan AS-China. Kemampuan kedua negara untuk mengatasi perbedaan mereka dan membangun hubungan perdagangan yang lebih stabil dan saling menguntungkan akan sangat penting untuk stabilitas dan kemakmuran ekonomi global.