Pasca Insiden Pelemparan Bus Persik, Arema FC Pertimbangkan Opsi Hengkang dari Stadion Kanjuruhan
Klub sepak bola kebanggaan Malang, Arema FC, kini tengah menimbang kemungkinan untuk kembali meninggalkan Stadion Kanjuruhan, menyusul insiden pelemparan batu yang menimpa bus Persik Kediri. Peristiwa tidak terpuji ini terjadi usai pertandingan pekan ke-32 Liga 1 2024/2025, di mana Arema FC harus mengakui keunggulan tim tamu dengan skor 0-3.
Kekecewaan mendalam dirasakan oleh manajemen Arema FC. General Manager Arema FC, Yusrinal Fitriandi, mengungkapkan rasa frustrasinya atas kejadian ini. Menurutnya, insiden ini seolah tidak menghargai upaya klub yang telah berjuang untuk kembali bermarkas di Kanjuruhan setelah hampir tiga tahun menjadi tim musafir akibat Tragedi Kanjuruhan pada Oktober 2022 lalu.
"Kami sangat kecewa dengan beberapa pihak yang terlibat dalam pertandingan kemarin," ujar Yusrinal dalam pernyataan resminya. "Selama tiga tahun, kami berjuang mempertahankan eksistensi klub, berusaha keras untuk kembali ke rumah sendiri. Namun, banyak pihak terus mencaci maki klub. Padahal, klub sedang dalam masa sulit dengan keterbatasan dana karena harus terusir. Kami merasa sudah berdarah-darah, melakukan segala upaya, tetapi hasilnya seolah kami tidak dihormati di sini."
Kembalinya Arema FC ke Kanjuruhan seharusnya menjadi momen kebangkitan dan persatuan bagi Aremania, sebutan bagi suporter Arema. Namun, kenyataannya tidak demikian. Jumlah suporter yang hadir langsung di stadion pada laga tersebut tidak sesuai harapan. Diduga, harga tiket yang mahal menjadi salah satu penyebabnya.
Selain itu, insiden pelemparan bus Persik Kediri juga menjadi pukulan telak bagi citra klub. Yusrinal menekankan bahwa suporter seharusnya memberikan dukungan kepada tim, bukan malah memberikan tuntutan berlebihan. Ia juga meminta pihak keamanan untuk melakukan evaluasi terkait pengamanan pertandingan.
"Kami mengingatkan bahwa suporter adalah pendukung. Selama tiga tahun mereka tidak dapat memberikan dukungan kepada Arema FC. Begitu kita pulang, alih-alih dukungan yang didapat, justru tuntutan kesempurnaan yang berlebihan harus dituruti," kata Yusrinal.
Lebih lanjut, Yusrinal juga menyoroti bahwa pertandingan melawan Persik Kediri merupakan laga dengan tingkat risiko tinggi, dan Arema FC telah memenuhi semua persyaratan keamanan yang ditetapkan. Ia menyayangkan insiden pelemparan terjadi di luar area stadion yang menjadi konsentrasi pihak keamanan.
Manajemen Arema FC berharap pihak kepolisian dapat segera menangkap dan mengungkap pelaku serta motif pelemparan bus Persik Kediri. Hal ini penting untuk memberikan rasa keadilan dan mencegah kejadian serupa terulang kembali di masa depan. Yusrinal menambahkan, jika pelaku kecewa dengan penyelenggaraan pertandingan atau kekalahan Arema FC, seharusnya keluhan tersebut disampaikan kepada pihak klub, bukan dengan melakukan tindakan anarkis yang merugikan banyak pihak.
Berikut adalah beberapa poin yang menjadi perhatian Arema FC:
- Kekecewaan atas insiden pelemparan bus Persik Kediri.
- Upaya klub untuk kembali ke Kanjuruhan setelah menjadi tim musafir.
- Minimnya kehadiran suporter di stadion.
- Tuntutan berlebihan dari suporter.
- Evaluasi pengamanan pertandingan oleh pihak keamanan.
- Penangkapan dan pengungkapan pelaku pelemparan bus Persik Kediri.