Tragedi di SMA Katolik Frateran: Siswa Tewas Tersetrum, Wali Kota Surabaya Soroti Pengawasan Sekolah
Tragedi pilu menimpa seorang siswa SMA Katolik Frateran Surabaya, SSH (15), yang meregang nyawa akibat sengatan listrik saat berada di lingkungan sekolah. Peristiwa nahas ini terjadi ketika korban sedang mengerjakan tugas mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) di area rooftop sekolah. Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, langsung merespons kejadian ini dengan menyoroti tanggung jawab pihak sekolah atas keselamatan siswa di lingkungan pendidikan.
Eri Cahyadi menyatakan bahwa Pemerintah Kota Surabaya telah memanggil pihak sekolah dan keluarga korban untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut. Ia mempertanyakan mengapa siswa tersebut berada di rooftop sekolah, terlebih saat hari libur. Menurutnya, kejadian ini mengindikasikan adanya kelalaian dalam pengawasan oleh pihak sekolah. Wali Kota menekankan bahwa sekolah memiliki tanggung jawab penuh atas keselamatan siswa, bahkan di luar jam pelajaran. Ia juga menyoroti peran penjaga sekolah yang seharusnya memastikan tidak ada siswa yang berada di area berbahaya seperti rooftop saat tidak ada kegiatan belajar mengajar.
Kronologi kejadian bermula ketika SSH bersama teman-temannya berinisiatif untuk mengerjakan tugas praktik PJOK pada hari libur sekolah. Mereka tiba di sekolah sekitar pukul 11.23 WIB. Karena sekolah sedang libur, akses menuju kelas ditutup. Sementara itu, lapangan sekolah digunakan oleh siswa SMA lain untuk kerja kelompok. Korban dan teman-temannya kemudian memutuskan untuk mengerjakan tugas di rooftop. Nahas, SSH diduga tak sengaja menginjak kabel AC yang terkelupas dan langsung tersengat aliran listrik. Korban sempat berteriak dan mengalami kejang selama beberapa saat sebelum akhirnya terjatuh dan kepalanya terbentur pagar.
Teman-teman korban segera membawa SSH ke Rumah Sakit Adi Husada. Namun, nyawa korban tidak dapat diselamatkan dan dinyatakan meninggal dunia pada pukul 12.35 WIB. Ayah korban, Tanu, mengungkapkan bahwa ia menemukan luka bakar di kaki, bercak merah di punggung, dan bintik-bintik merah di lengan jenazah putranya. Ia menduga bahwa putranya mengalami kerusakan saraf akibat sengatan listrik tersebut.
Kasus ini masih dalam penyelidikan pihak berwajib. Pemerintah Kota Surabaya berjanji akan mengusut tuntas kasus ini dan mengambil langkah-langkah preventif agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Tragedi ini menjadi pengingat bagi semua pihak, terutama pihak sekolah, untuk meningkatkan pengawasan dan memastikan keselamatan siswa di lingkungan pendidikan. Keamanan fasilitas sekolah, termasuk instalasi listrik, juga harus menjadi perhatian utama untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang dapat merenggut nyawa.
Berikut poin penting dalam kejadian ini:
- Siswa SMA Katolik Frateran tewas tersetrum listrik di rooftop sekolah saat mengerjakan tugas.
- Wali Kota Surabaya menyoroti tanggung jawab sekolah dan kelalaian pengawasan.
- Korban bersama teman-temannya mengerjakan tugas di hari libur karena akses kelas ditutup.
- Korban diduga menginjak kabel AC terkelupas dan tersengat listrik.
- Pemerintah Kota Surabaya berjanji mengusut tuntas kasus ini dan meningkatkan keamanan sekolah.