Amerika Serikat dan China Capai Titik Terang dalam Perundingan Tarif di Jenewa

AS dan China Sinyalkan Kesepakatan Potensial Terkait Tarif Perdagangan

Setelah melalui serangkaian perundingan yang intensif di Jenewa, Swiss, Amerika Serikat (AS) dan China dilaporkan menunjukkan kemajuan signifikan dalam menyelesaikan sengketa tarif yang telah berlangsung lama. Perwakilan dari kedua negara mengisyaratkan kemungkinan pengumuman bersama terkait hal ini.

Pejabat AS mengklaim bahwa kesepakatan yang mungkin terjadi akan berfokus pada pengurangan defisit perdagangan yang dialami oleh AS. Sementara itu, pihak China mengumumkan bahwa telah terjadi konsensus penting yang akan menjadi dasar bagi forum dialog ekonomi yang baru. Meski demikian, hingga saat ini belum ada pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh kedua negara setelah pertemuan di Jenewa.

Wakil Perdana Menteri China, He Lifeng, mengindikasikan bahwa pernyataan bersama akan segera dirilis di Jenewa dan diharapkan membawa "kabar baik bagi dunia". Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, dan Perwakilan Dagang, Jamieson Greer, menggambarkan negosiasi tersebut sebagai "kemajuan substansial" dan menjanjikan rincian lebih lanjut akan diumumkan.

Greer menambahkan bahwa kesepakatan dengan mitra dari China akan membantu mengurangi defisit perdagangan barang global AS sebesar 1,2 triliun dollar AS. Lebih lanjut, Wakil Perdana Menteri He Lifeng menggambarkan pembicaraan dengan AS sebagai kondisi yang "terus terang, mendalam, dan konstruktif" mengenai isu-isu yang menjadi perhatian kedua negara.

Sengketa tarif antara AS dan China telah berlangsung selama beberapa waktu, dimulai ketika mantan Presiden AS, Donald Trump, memberlakukan tarif tinggi pada barang-barang impor dari China. Tarif yang dikenakan AS mencapai 145 persen, dengan bea masuk kumulatif pada beberapa barang mencapai 245 persen. Sebagai balasan, China mengenakan tarif 125 persen pada barang-barang dari AS.

Kedua negara telah lama mengisyaratkan keinginan untuk mengakhiri kebuntuan ini, namun masing-masing pihak enggan untuk terlihat mengalah. Stephen Olson, peneliti tamu senior di ISEAS-Yusof Ishak Institute Singapura dan mantan negosiator perdagangan AS, menjelaskan bahwa pembicaraan dapat berlanjut karena kedua negara merasa dapat bergerak maju tanpa kehilangan muka.

Sebelumnya, Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, menyatakan bahwa pembicaraan ini diadakan atas permintaan Washington. Kementerian Perdagangan China menambahkan bahwa pertemuan ini adalah respons terhadap keluhan dari pelaku usaha dan konsumen AS. Namun, pemerintahan Trump mengklaim bahwa Beijing mendesak perundingan karena ekonomi China sedang mengalami tekanan.

Perkembangan ini memberikan harapan baru bagi hubungan perdagangan antara AS dan China, serta berpotensi memberikan dampak positif bagi ekonomi global.

Daftar Poin Utama Negosiasi:

  • Pengurangan defisit perdagangan AS.
  • Pembentukan forum dialog ekonomi baru.
  • Pernyataan bersama yang diharapkan membawa "kabar baik".
  • Pembicaraan yang "terus terang, mendalam, dan konstruktif".