Umat Buddha Padati Wihara Dharma Bhakti dalam Kekhusyukan Perayaan Waisak

markdown Perayaan Hari Raya Waisak tahun ini di Wihara Dharma Bhakti, yang juga dikenal sebagai Kelenteng Petak Sembilan di kawasan Glodok, Jakarta Barat, dipenuhi umat Buddha yang datang silih berganti sejak pagi hari. Para umat, dengan khidmat, melaksanakan serangkaian ritual dan ibadah dalam suasana yang penuh kedamaian. Wihara yang terletak di Jalan Kemenangan III ini menjadi pusat kegiatan spiritual bagi umat Buddha di Jakarta dan sekitarnya.

Pantauan di lokasi menunjukkan bahwa sebagian besar umat mengenakan pakaian berwarna merah, sebuah warna yang sering dikaitkan dengan keberuntungan dan kebahagiaan dalam budaya Tionghoa. Kedatangan umat pun bervariasi, ada yang menggunakan sepeda motor dan memarkirkannya di sekitar wihara, sementara yang lain memilih berjalan kaki untuk mencapai tempat ibadah. Kehadiran mereka mencerminkan semangat kebersamaan dan penghormatan terhadap nilai-nilai luhur agama Buddha.

Di sekitar area wihara, terlihat penjual burung pipit yang menawarkan dagangannya. Penjualan burung pipit ini terkait dengan tradisi Fang Shen, yaitu ritual pelepasan makhluk hidup sebagai simbol pembebasan diri dari penderitaan, welas asih, dan penghormatan terhadap kehidupan. Umat Buddha meyakini bahwa dengan melepaskan makhluk hidup, mereka turut berkontribusi pada keseimbangan alam dan mempraktikkan ajaran Buddha tentang tidak menyakiti makhluk hidup apa pun.

Memasuki area dalam Kelenteng Petak Sembilan, umat dengan tertib melepaskan alas kaki sebagai tanda penghormatan terhadap tempat suci. Beberapa di antara mereka membawa bunga sebagai persembahan, sementara yang lain membawa dupa yang akan digunakan dalam ritual penghormatan. Di pelataran wihara, umat yang telah selesai melaksanakan ibadah terlihat membawa dupa yang menyala dan mempersembahkannya dengan gerakan perlahan ke kanan dan ke kiri, sebagai simbol keseimbangan dan harmoni.

Selain dupa, umat juga membakar kertas kuning dan memasukkannya ke dalam wadah pembakaran sebagai bagian dari persembahan dalam ibadah Waisak. Tradisi ini dipercaya sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan sebagai simbol harapan akan keberuntungan dan kesejahteraan. Aktivitas ibadah berlangsung dengan tertib dan khusyuk, di mana umat secara bergantian masuk dan keluar dari area wihara.

Di luar wihara, terlihat beberapa orang yang meminta rezeki kepada umat yang datang. Sebagian umat memberikan uang atau makanan kepada mereka sebagai bentuk sedekah dan berbagi kebahagiaan di Hari Raya Waisak. Namun, ada juga yang menolak dengan sopan, mengatupkan kedua tangan di depan dada sebagai tanda permohonan maaf. Keramaian di sekitar wihara mencerminkan semangat kebersamaan dan kepedulian sosial yang menjadi bagian dari nilai-nilai agama Buddha.

Perayaan Waisak di Wihara Dharma Bhakti tahun ini menjadi momen penting bagi umat Buddha untuk merenungkan ajaran-ajaran Buddha, mempraktikkan welas asih, dan mempererat tali persaudaraan. Suasana khidmat dan penuh kedamaian yang terpancar dari wihara menjadi pengingat akan pentingnya menjaga harmoni dan keseimbangan dalam kehidupan, serta menghormati semua makhluk hidup.