Intervensi Bank Indonesia dalam Menstabilkan Rupiah Berpotensi Menggerus Cadangan Devisa Hingga Pertengahan 2025

Upaya Stabilisasi Rupiah: Cadangan Devisa Indonesia Diprediksi Terkuras Hingga Pertengahan 2025

Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan terus melakukan intervensi di pasar valuta asing (valas) untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Langkah ini, meskipun efektif dalam jangka pendek, diprediksi akan menyebabkan penurunan cadangan devisa Indonesia hingga semester pertama tahun 2025.

Fithra Faisal Hastiadi, Senior Chief Economist Samuel Sekuritas Indonesia, menjelaskan bahwa keputusan The Federal Reserve (The Fed) untuk mempertahankan suku bunga tinggi, ditambah dengan inflasi domestik yang meningkat, mendorong BI untuk mempertahankan nilai tukar rupiah tanpa menaikkan suku bunga acuan. Intervensi valas menjadi strategi utama untuk mengelola ekspektasi inflasi, terutama dengan meningkatnya risiko inflasi impor.

Strategi BI dan Dampaknya pada Cadangan Devisa

Kebijakan BI yang berhati-hati ini memungkinkan pelonggaran makroprudensial untuk terus mendukung pertumbuhan kredit. Namun, intervensi yang dilakukan BI untuk menjaga stabilitas rupiah telah menyebabkan penurunan cadangan devisa. Data menunjukkan bahwa cadangan devisa RI turun menjadi 152,5 miliar dollar AS pada April 2025, dari 155,7 miliar dollar AS pada akhir Desember 2024. Selain intervensi valas, pembayaran utang luar negeri pemerintah dan pola musiman pada bulan April juga turut berkontribusi pada penurunan ini.

Tekanan terhadap rupiah semakin meningkat di tengah penguatan dollar AS, kenaikan imbal hasil Treasury AS, dan ketidakpastian pasar akibat kebijakan tarif yang mungkin diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump.

Ketahanan Cadangan Devisa Indonesia

Meski mengalami penurunan, cadangan devisa Indonesia masih dianggap memadai berdasarkan standar internasional. Cadangan devisa saat ini mencakup 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor ditambah kewajiban utang luar negeri pemerintah. Angka ini jauh melampaui standar kecukupan yang ditetapkan oleh Dana Moneter Internasional (IMF), yaitu 3 bulan.

Prospek dan Prediksi ke Depan

Fithra memperkirakan bahwa BI akan terus melakukan intervensi dalam waktu dekat, mengingat risiko eksternal yang masih tinggi, termasuk ketidakpastian terkait normalisasi kebijakan The Fed, negosiasi perdagangan AS-China, dan volatilitas pasar modal global.

Namun, BI diperkirakan akan mulai membangun kembali cadangan devisa pada akhir tahun ini. Hal ini didukung oleh beberapa faktor positif, seperti:

  • Ekspor komoditas yang kuat, terutama minyak kelapa sawit dan batu bara
  • Pemulihan sektor pariwisata
  • Arus masuk modal terkait restrukturisasi perusahaan milik negara dan penerbitan obligasi negara

Dengan asumsi tidak ada penurunan signifikan dalam kondisi global, cadangan devisa Indonesia diperkirakan akan pulih secara bertahap pada semester kedua tahun 2025.

"Rupiah mungkin akan menghadapi tekanan ringan dalam jangka pendek, tetapi cadangan yang memadai dan intervensi yang hati-hati diharapkan dapat membatasi volatilitas dan menjaga stabilitas sistem keuangan," pungkas Fithra.