Anies Baswedan Ungkap Pengalaman Menyentuh Hati di Kamp Pengungsian Palestina di Amman, Yordania

Mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, membagikan pengalaman pribadinya saat mengunjungi kamp pengungsian warga Palestina di Amman, Yordania. Kunjungan tersebut memberikan gambaran mendalam tentang kehidupan para pengungsi dan harapan mereka di tengah kesulitan.

Dalam sebuah forum diskusi di Jakarta Timur, Anies menceritakan pertemuannya dengan para pengungsi beberapa waktu lalu. Ia menggambarkan Yordania dan Palestina sebagai wilayah yang berdekatan, namun jarak fisik itu tidak serta merta menghapus kerinduan para pengungsi untuk kembali ke tanah air mereka.

"Semua pengungsi Palestina di sana, mimpinya bisa kembali," ungkap Anies, menggambarkan betapa kuatnya keinginan untuk pulang. Namun, kenyataan pahit menghalangi impian tersebut. "Sekali keluar, sulit untuk kembali," imbuhnya, menyiratkan kompleksitas situasi yang dihadapi para pengungsi.

Meski hidup dalam kondisi yang serba terbatas, Anies terkesan dengan semangat dan optimisme yang terpancar dari para pengungsi. Ia menceritakan pertemuannya dengan seorang anak laki-laki bernama Mujahid. Anak berusia 10 tahun itu memiliki banyak bekas luka di tubuhnya akibat konflik yang terjadi.

"Anak ini sudah mengalami trauma fisik dan mental yang luar biasa," kata Anies. Namun, yang membuatnya kagum adalah jawaban Mujahid ketika ditanya tentang cita-citanya. "Saya pengin jadi tentara kemerdekaan Palestina," jawab Mujahid dengan penuh semangat.

Anies juga menyampaikan kisah seorang ibu yang kehilangan anaknya akibat serangan. Ibu tersebut hanya memiliki satu harapan: agar anak-anaknya dapat mengenyam pendidikan dan kelak berkontribusi bagi kemerdekaan Palestina.

"Cuma satu saja, anak saya dapat sekolah, anak saya dapat terdidik, nanti insya Allah anak saya bisa berjuang untuk kemerdekaan Palestina," ujar ibu tersebut, seperti yang ditirukan oleh Anies.

Kisah-kisah ini, menurut Anies, adalah cerminan dari keteguhan dan harapan yang terus menyala di hati para pengungsi Palestina. Mereka tidak menyerah pada keadaan, tetapi terus berjuang untuk masa depan yang lebih baik.