Kolaborasi Multinasional Warnai Pementasan Tari 'Aftermath' di Jakarta

Jakarta menjadi saksi perpaduan seni tari lintas generasi dalam pementasan bertajuk 'Aftermath'. Pertunjukan ini bukan sekadar suguhan visual, melainkan sebuah ajakan refleksi mendalam mengenai jejak langkah kehidupan dan konsekuensi dari setiap tindakan.

'Aftermath' menawarkan pengalaman unik bagi penontonnya. Alih-alih menjadi pengamat pasif, mereka diajak berinteraksi langsung dengan alur pertunjukan, seolah menjadi bagian tak terpisahkan dari para penari di atas panggung. Patrianata Bakti Indrawan atau Chemmy, sutradara 'Aftermath', menjelaskan bahwa pertunjukan ini mengusung konsep sebab-akibat yang kuat. Lebih lanjut Chemmy menyampaikan "Kami mengajak penonton untuk merenungkan warisan apa yang akan kita tinggalkan, apakah itu warisan seni, nilai-nilai, atau bahkan luka yang mungkin membentuk generasi mendatang".

Inovasi interaktif menjadi daya tarik utama pertunjukan ini. Penonton dilengkapi dengan gelang khusus yang memungkinkan mereka memberikan opini dan mempengaruhi arah cerita yang disajikan. Dengan demikian, narasi 'Aftermath' tidak hanya ditentukan oleh para penari, tetapi juga oleh partisipasi aktif para penonton.

Lebih dari 200 penari dari berbagai kota di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, dan Pekanbaru, bersatu dalam harmoni gerakan. Mereka membawa serta kisah, perjuangan, dan aspirasi masing-masing, menjadikannya sebuah kolase emosi yang kuat. Kolaborasi ini semakin istimewa dengan kehadiran GAC (Gamaliel, Audrey, dan Cantika), yang tidak hanya bernyanyi tetapi juga menunjukkan kemampuan menari yang belum pernah diperlihatkan sebelumnya.

'Aftermath' juga mempertemukan talenta-talenta internasional. Kolektif tari asal Filipina, A-Team, turut berbagi panggung dengan WARS JKT, menambah dimensi global pada pertunjukan ini. Selain itu, koreografer Jemma Lee dari Korea Selatan, yang juga merupakan direktur Demitasse Project, berkolaborasi dengan WARS SBY, menjanjikan perpaduan gaya dan teknik yang memukau.

Pementasan 'Aftermath' di Jakarta menjadi bukti bahwa seni tari dapat menjadi jembatan yang menghubungkan budaya, generasi, dan perspektif yang berbeda. Ini bukan hanya sekadar pertunjukan, tetapi sebuah pengalaman transformatif yang mengajak setiap individu untuk merenungkan peran mereka dalam membentuk masa depan.