Potensi Merger GoTo-Grab Ancam Kesejahteraan Pengemudi Ojek Online
Kabar mengenai potensi merger antara dua raksasa aplikasi transportasi online, GoTo dan Grab, menuai kekhawatiran di kalangan pengemudi ojek online (ojol). Serikat Pekerja Angkutan Indonesia (SPAI) menyuarakan keprihatinan bahwa langkah korporasi ini dapat berimplikasi negatif terhadap pendapatan para pengemudi.
Ketua SPAI, Lily Pujiati, mengungkapkan bahwa selama ini banyak pengemudi ojol mengandalkan dua aplikasi tersebut untuk memaksimalkan peluang mendapatkan order. Apabila merger terealisasi, sumber pendapatan mereka berpotensi menyusut secara signifikan. "Pengemudi hanya akan memiliki satu platform untuk mencari order, yang secara langsung berdampak pada penurunan pendapatan dibandingkan dengan situasi sebelum merger," ujarnya.
SPAI menyoroti bahwa sebelum wacana merger ini muncul, insentif yang diberikan kepada pengemudi cukup menarik, mencapai Rp 10.000 untuk setiap lima kali pengantaran. Namun, setelah merger, insentif tersebut dikhawatirkan akan terpangkas menjadi hanya Rp 5.000.
"Tidak hanya terjadi pengurangan upah, tetapi juga semakin banyak pengiriman yang dikerjakan, justru upah juga akan semakin berkurang. Berturut-turut bisa terlihat pengurangannya dari 50 persen untuk 5 pengantaran, kemudian 55 persen untuk 10 pengantaran," jelas Lily.
Selain itu, SPAI juga menyoroti besaran potongan platform yang dibebankan kepada pengemudi, yang berkisar antara 30 hingga 70 persen dari total nilai order. Potongan yang signifikan ini semakin memperburuk kondisi pendapatan pengemudi ojol.
"Saat ini pun kondisi upah atau pendapatan yang diperoleh pengemudi sangat tidak sepadan dengan tenaga kerja dan waktu kerja yang dihabiskan di jalanan setiap harinya," tegasnya.
Wacana akuisisi GoTo oleh Grab semakin menguat, dengan laporan dari Reuters yang menyebutkan bahwa kesepakatan mungkin akan terjadi pada kuartal kedua tahun 2025. Berbagai pihak menekankan pentingnya melindungi kepentingan nasional dalam proses ini.
Menanggapi rumor merger, Sekretaris Perusahaan GoTo, R. A. Koesoemohadiani, menyatakan bahwa GoTo senantiasa menerima berbagai penawaran dari berbagai pihak. "Adalah kewajiban direksi untuk menjajaki secara menyeluruh dan mengevaluasi dengan cermat serta penuh kehati-hatian," ujarnya.
Koesoemohadiani menegaskan bahwa prinsip kehati-hatian akan selalu diutamakan untuk meningkatkan nilai jangka panjang bagi seluruh pemegang saham GoTo, dengan tetap mempertimbangkan semua kepentingan yang relevan. "Namun sampai dengan tanggal keterbukaan informasi, kami belum mencapai keputusan apapun terkait penawaran yang mungkin telah diketahui atau diterima GoTo," imbuhnya.