Kekuatan Baht Thailand Ancam Pemulihan Sektor Pariwisata

Penguatan nilai tukar Baht Thailand terhadap Dolar AS, yang mencapai titik tertinggi dalam tujuh bulan terakhir, menghadirkan tantangan baru bagi sektor pariwisata Thailand yang tengah berjuang untuk pulih. Meskipun penguatan mata uang ini mencerminkan kepercayaan investor asing dan memberikan indikasi positif bagi perekonomian secara umum, dampaknya terhadap industri pariwisata, terutama di destinasi populer seperti Pattaya, justru menimbulkan kekhawatiran.

Baht sempat mengalami pelemahan sementara akibat penurunan harga emas dunia, namun dengan cepat kembali menguat seiring dengan masuknya investasi asing ke pasar saham dan obligasi Thailand. Momentum ini terjadi menjelang keputusan Bank of Thailand untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 0,25% menjadi 1,75%, sebuah langkah yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik. Meskipun lembaga pemeringkat Moody's menurunkan prospek kredit Thailand menjadi negatif, Baht tetap menunjukkan ketahanannya, sebagian besar didorong oleh tren penguatan mata uang di kawasan Asia, terutama Yuan China, yang dipicu oleh harapan baru terkait negosiasi perdagangan antara Amerika Serikat dan China.

Kenaikan harga emas dunia turut memperkuat posisi Baht. Pada penutupan akhir pekan, Baht berada di level 33,05 per Dolar AS, menguat dari penutupan sebelumnya di 33,56. Data menunjukkan bahwa investor asing melakukan pembelian saham Thailand senilai 1,49 miliar Baht antara 28 April hingga 2 Mei. Namun, pada periode yang sama, mereka juga menarik dana sebesar 7,41 miliar Baht dari pasar obligasi.

Menurut proyeksi Kasikorn Research, nilai tukar Baht diperkirakan akan berfluktuasi antara 32,80 hingga 33,80 per Dolar AS dalam waktu dekat. Pergerakan nilai tukar ini akan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor global seperti:

  • Keputusan suku bunga oleh Federal Reserve AS dan Bank of England.
  • Dinamika hubungan perdagangan antara Amerika Serikat dan China.
  • Harga emas dunia.
  • Arus modal asing.
  • Data inflasi Thailand untuk bulan April 2025.

Bagi para pelaku bisnis di Pattaya, penguatan Baht bukanlah berita baik. Melemahnya mata uang negara-negara seperti Euro, Poundsterling, dan Rubel menyebabkan wisatawan dari Eropa dan Rusia merasa bahwa biaya liburan ke Thailand menjadi lebih mahal. Akibatnya, banyak dari mereka yang mengurangi pengeluaran, mempersingkat masa tinggal, atau bahkan membatalkan rencana liburan mereka.

Para pemilik bisnis lokal di Pattaya mengungkapkan kekhawatiran mereka. Setelah berjuang selama bertahun-tahun untuk memulihkan bisnis mereka dari dampak pandemi COVID-19, kini mereka harus menghadapi tantangan baru. Banyak yang mengeluhkan bahwa jumlah wisatawan dan tingkat pemesanan hotel masih jauh di bawah harapan, padahal musim liburan semakin dekat.

Meskipun pasar saham menunjukkan sinyal positif dan ada harapan bahwa ketegangan perdagangan global akan mereda, kondisi ekonomi di lapangan, terutama di kota-kota yang mengandalkan pariwisata sebagai sumber utama pendapatan, masih jauh dari stabil. Tanpa dukungan tambahan dari pemerintah atau perubahan signifikan dalam nilai tukar, pemulihan ekonomi di Pattaya berisiko mengalami kemunduran, yang akan berdampak langsung pada mata pencaharian banyak orang yang bergantung pada industri pariwisata.