Tragedi di Cirebon: Anak Berkebutuhan Khusus Diduga Jadi Korban Pelecehan Oknum Perawat, Keluarga Tempuh Jalur Hukum
Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, digegerkan dengan dugaan kasus pelecehan seksual yang menimpa seorang anak berkebutuhan khusus (ABK) berusia 16 tahun. Ironisnya, pelaku diduga adalah seorang perawat yang bertugas di salah satu rumah sakit swasta di wilayah tersebut. Keluarga korban, yang merasa tidak mendapatkan respons memuaskan dari pihak rumah sakit, akhirnya memutuskan untuk melaporkan kejadian ini ke Polres Cirebon Kota.
NH, ibu korban yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga, dengan didampingi anaknya yang berinisial S, mendatangi Mapolres Cirebon Kota pada Sabtu (10/5/2025) untuk memberikan keterangan lanjutan. Sebelumnya, laporan resmi telah diajukan pada Senin (3/5/2025). Dengan suara bergetar, NH menceritakan bagaimana putrinya mengaku menjadi korban pelecehan yang diduga dilakukan oleh oknum perawat saat S dirawat di rumah sakit. Peristiwa memilukan ini terjadi antara tanggal 20 hingga 26 Desember 2025, ketika S dirawat karena keluhan sakit paru-paru dan ditempatkan di ruang isolasi.
Kronologi Kejadian
Menurut penuturan NH, pada saat kejadian S harus menjalani rawat inap dikarenakan sakit TBC yang mengharuskannya di isolasi seorang diri. Kondisi ini lah yang diduga dimanfaatkan oleh oknum perawat tersebut. NH menuturkan bahwa peristiwa tersebut baru terungkap pada April 2025, saat dirinya tengah menasihati anak-anaknya mengenai pergaulan. Tak disangka, S tiba-tiba menceritakan pengalaman pahitnya selama dirawat di rumah sakit. S mengaku mendapat perlakuan yang tidak senonoh dari seorang perawat yang bertugas memeriksanya.
"Saya bilang sama anak-anak, jangan pacaran, hati-hati sama laki-laki. Tiba-tiba anak saya cerita, 'Mah, itu dokter yang di rumah sakit, pernah 'melakukan' itu.' Dokter yang mana? 'Itu yang periksa.' Oh, itu perawat bukan dokter," ungkap NH menirukan percakapannya dengan S.
NH mengaku sangat terkejut dan marah mendengar pengakuan putrinya. Setelah dibujuk dengan sabar, S akhirnya mengungkapkan bahwa dirinya telah mengalami pelecehan sebanyak tiga kali, yaitu satu kali di siang hari dan dua kali di malam hari. Modus yang digunakan pelaku adalah dengan alasan penggantian infus atau pemeriksaan perut. NH meyakini bahwa pelaku sengaja memanfaatkan kondisi keterbelakangan mental yang dialami S.
Upaya Keluarga Mencari Keadilan
Setelah mendengar pengakuan S, NH bersama suami segera mendatangi pihak rumah sakit untuk meminta pertanggungjawaban. Beberapa kali mediasi telah dilakukan, namun tidak membuahkan hasil yang diharapkan. Merasa buntu, NH akhirnya memutuskan untuk melaporkan kasus ini ke pihak kepolisian.
"Saya datangi rumah sakit, anak saya menunjukkan perawat itu, dan saya foto. Saya langsung lapor ke rumah sakit untuk mediasi, mediasi pertama tidak ada titik temu, kedua tidak ada, sampai ketiga juga. Jalan satu-satunya, laporan polisi," jelas NH.
Kini, NH hanya berharap pihak kepolisian dapat mengusut tuntas kasus ini dan memberikan hukuman yang setimpal kepada pelaku. Ia khawatir trauma yang dialami S akan membekas seumur hidup dan terus menghantuinya.
"Anak saya trauma seumur hidup. Kalau ingat hal itu, kasihan, nangis sendiri, teriak-teriak sendiri," pungkas NH dengan air mata yang tak terbendung.