Mata dan Telinga Digital: Teknologi Pengawas Biodiversitas di Hutan IKN

Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara dirancang sebagai kota cerdas yang menyatu dengan alam, dengan target 75% ruang hijau didominasi lanskap hutan tropis Kalimantan. Walaupun realisasinya masih memerlukan waktu, komitmen untuk menjaga keanekaragaman hayati yang ada tetap menjadi prioritas.

Pengelolaan kawasan hutan di IKN diwujudkan melalui konsep smart forest city, yaitu integrasi infrastruktur kota dengan ekosistem hutan serta pemanfaatan teknologi dalam pengelolaannya. Biodiversitas menjadi aspek krusial, mengingat hutan sebagai fokus utama. Data dari Rencana Induk Pengelolaan Kehati di IKN menunjukkan keberadaan setidaknya 3.889 spesies dalam radius 50 km dari IKN.

Penggunaan teknologi untuk memantau biodiversitas, terutama satwa liar, sudah diterapkan di berbagai tempat. Acoustic recorder dan camera trap menjadi perangkat penting dalam konservasi dan pengamanan hutan, berfungsi sebagai mata dan telinga digital.

Potensi Implementasi dan Keuntungan

Camera trap, dengan teknologi sensor gerak atau thermal, menghasilkan data visual berupa video dan gambar. Acoustic recorder melengkapi dengan data audio. Kombinasi keduanya, meski masih jarang dilakukan, menawarkan potensi besar untuk pemantauan yang komprehensif. Pengembangan di masa depan mungkin akan menggabungkan kedua fungsi ini dalam satu alat.

Inovasi dengan fitur-fitur seperti wireless transmission dan kecerdasan buatan (AI) akan meningkatkan efektivitas acoustic recorder dan camera trap, memungkinkan pemantauan secara real time. Penerapannya di hutan IKN memberikan tiga manfaat utama:

  • Monitoring keanekaragaman hayati berkelanjutan
  • Deteksi aktivitas ilegal
  • Dukungan riset jangka panjang

Penempatan alat secara proporsional di seluruh kawasan hutan IKN, dilengkapi dengan koneksi 4G/5G, radio, atau satelit, akan mempercepat aliran informasi ke pengelola hutan. Data visual dan audio yang diterima secara real time memungkinkan deteksi dini aktivitas ilegal seperti perburuan dan penebangan liar. AI dapat mempercepat identifikasi satwa dan kejadian di lapangan.

Data biodiversitas yang tersimpan memberikan gambaran tren kekayaan, distribusi, dan populasi satwa liar. Perubahan dari waktu ke waktu menjadi informasi ilmiah berharga untuk strategi pengelolaan. Informasi distribusi satwa juga membantu mitigasi konflik satwa dengan manusia melalui pemantauan pola pergerakan mereka.

Organisasi nirlaba Rainforest Connection (RFCx) telah mengembangkan platform "Guardian System" yang menggunakan jaringan 4G untuk surveilans akustik real time, membuktikan potensi pemanfaatan teknologi ini.

Tantangan

Implementasi camera trap dan acoustic recorder dengan inovasi teknologi di IKN menghadapi beberapa tantangan:

  • Biaya dan Infrastruktur: Konektivitas wireless mungkin sulit dijangkau di area terpencil. Teknologi satelit memerlukan biaya tinggi.
  • Energi: Kebutuhan energi berkelanjutan memerlukan solusi seperti solar panel.
  • Pengolahan Data: Data yang terkumpul perlu diproses menggunakan AI dan tenaga ahli, yang membutuhkan kapasitas penyimpanan dan bandwith jaringan yang besar.
  • Keamanan Alat: Risiko kehilangan atau pencurian perlu diantisipasi, mengingat akses terbuka ke hutan.

Langkah Awal

Integrasi camera trap dan acoustic recorder tetap mungkin diterapkan untuk mendukung pengelolaan forest city di IKN, bahkan tanpa fitur otomatisasi dan wireless transmission. Kolaborasi dengan akademisi, sektor swasta, LSM, dan pemerintah akan membuka peluang implementasi.

Penyediaan alat dengan integrasi teknologi terkini adalah langkah awal menuju smart forest city. Data biodiversitas yang ditampilkan dalam bentuk galeri edukatif akan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kekayaan hayati IKN.

Terlepas dari isu keberlanjutan pembangunan IKN, kawasan hutan di sekitarnya adalah hot spot biodiversitas Kalimantan. Pengelolaan biodiversitas yang efektif, dengan bantuan acoustic recorder dan camera trap sebagai mata dan telinga digital, adalah kunci untuk menjaga keseimbangan ekosistem.