Penemuan Mengerikan di 'Gua Darah' Guatemala: Arkeolog Ungkap Ritual Pengorbanan Manusia Suku Maya Kuno

Gua Darah Ungkap Jejak Ritual Pengorbanan Suku Maya Kuno

Sebuah penemuan mengerikan di Guatemala telah mengungkap bukti ritual pengorbanan manusia yang dilakukan oleh Suku Maya kuno. Para arkeolog menemukan ratusan tulang manusia yang berserakan dan terpotong-potong di dalam Cueva de Sangre, atau 'Gua Darah'. Lokasi terpencil dan karakteristik tulang belulang menunjukkan bahwa gua ini dulunya merupakan tempat dilaksanakannya ritual pengorbanan untuk memohon panen yang baik.

Gua Darah sendiri terletak di kedalaman tanah, aksesnya pun sangat terbatas, hanya dapat dicapai melalui lubang kecil dan lorong sempit yang mengarah ke kolam air. Kondisi ini membuat gua tersebut tergenang air hampir sepanjang tahun, dan hanya dapat diakses pada musim kemarau antara bulan Maret dan Mei. Para peneliti menduga bahwa waktu akses yang terbatas ini terkait dengan makna ritual pengorbanan. Mereka menghubungkannya dengan Hari Salib Suci, perayaan penting Suku Maya yang jatuh pada tanggal 3 Mei, tepat sebelum musim hujan tiba. Pada perayaan ini, masyarakat mengunjungi gua-gua untuk berdoa memohon hujan dan panen yang melimpah.

Temuan ini memberikan petunjuk penting mengenai praktik keagamaan dan kepercayaan Suku Maya kuno. Analisis terhadap tulang-tulang tersebut menunjukkan bahwa korban-korban tersebut kemungkinan besar dipersembahkan selama musim kemarau untuk menenangkan dewa hujan. Bioarkeolog Michele Bleuze dari California State University, Los Angeles, menjelaskan bahwa pola yang ditemukan adalah bagian-bagian tubuh, bukan tubuh utuh. Dalam ritual Maya, bagian tubuh memiliki nilai yang sama dengan tubuh utuh.

Bukti Kekerasan Ritual

Ellen Fricano, seorang antropolog forensik dari Western University of Health Sciences di California, yang memeriksa cedera pada tulang-tulang tersebut, menjelaskan bahwa tulang-tulang tersebut tidak dikubur, melainkan dibiarkan berserakan di permukaan gua. Cedera pada tulang menunjukkan pemotongan tubuh secara ritual, bukan penguburan biasa. Salah satu tengkorak menunjukkan tanda bekas alat tajam seperti kapak di bagian dahi kiri. Tulang pinggul seorang anak juga menunjukkan luka serupa yang terjadi pada saat kematian.

Selain itu, beberapa jenazah ditemukan disusun secara tidak anatomis, yang mengindikasikan adanya unsur ritual dalam penempatannya. Di salah satu bagian gua, ditemukan empat tumpukan tutup tengkorak. Kombinasi cedera pada tulang, kepadatan jenazah manusia yang tinggi, dan keberadaan benda-benda ritual seperti bilah oker merah dan obsidian, semakin memperkuat dugaan bahwa Cueva de Sangre adalah lokasi pengorbanan ritual Suku Maya kuno.

Penelitian Lanjutan

Bleuze menekankan bahwa penelitian terhadap tulang-tulang dari Cueva de Sangre masih dalam tahap awal. Analisis lebih lanjut, termasuk analisis DNA purba dan isotop stabil, sedang direncanakan untuk mengungkap lebih banyak informasi tentang identitas dan asal-usul para korban. Hasil penelitian ini nantinya akan dipublikasikan dalam jurnal ilmiah.

"Fokus kami saat ini adalah mencari tahu siapa orang-orang yang ditempatkan di sini, karena perlakuan terhadap mereka sangat berbeda dari perlakuan terhadap mayoritas penduduk lainnya," kata Bleuze. Penemuan di Cueva de Sangre ini memberikan wawasan yang berharga tentang kompleksitas ritual dan kepercayaan Suku Maya kuno, serta membuka jalan bagi penelitian lebih lanjut untuk mengungkap misteri masa lalu.

Berikut ini adalah temuan penting di Gua Darah:

  • Ratusan tulang manusia ditemukan terpotong-potong.
  • Tulang-tulang menunjukkan tanda-tanda cedera traumatis di sekitar waktu kematian.
  • Gua hanya dapat diakses selama musim kemarau.
  • Tulang-tulang tidak dikubur, melainkan dibiarkan berserakan di permukaan gua.
  • Ditemukan benda-benda ritual seperti bilah oker merah dan obsidian.