Aparat Gabungan Gencarkan Pemberantasan Premanisme di Jakarta: Ormas Menyimpang dan Pelaku Kekerasan Jadi Target Utama

Kepolisian Daerah Metro Jaya, bersinergi dengan Komando Daerah Militer Jaya, secara resmi meluncurkan Operasi Berantas Premanisme Jaya 2025. Langkah ini diambil sebagai respons cepat terhadap peningkatan aktivitas premanisme yang meresahkan masyarakat luas. Apel gelar pasukan yang menandai dimulainya operasi ini dilaksanakan di Lapangan Silang Monas Selatan, Jakarta Pusat.

Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya, Inspektur Jenderal Polisi Karyoto, menegaskan bahwa operasi ini akan menindak tegas segala bentuk premanisme tanpa pandang bulu. Sasaran utama meliputi individu maupun kelompok yang mengatasnamakan organisasi kemasyarakatan (ormas) yang melakukan tindakan melanggar hukum. "Operasi ini adalah wujud kehadiran negara dalam merespons keresahan masyarakat. Premanisme dalam bentuk apapun, baik dilakukan perorangan maupun berlindung di balik ormas, tidak akan ditoleransi," ujar Irjen Karyoto seusai memimpin apel.

Irjen Karyoto menyoroti bahwa sejumlah ormas telah menyimpang dari tujuan awal pembentukannya, yang seharusnya bersifat swadaya dan partisipatif. Alih-alih menjadi wadah untuk kegiatan sosial yang positif, ormas-ormas ini justru disalahgunakan untuk melakukan praktik-praktik ilegal seperti pungutan liar (pungli), pemerasan, dan intimidasi. "Banyak ormas yang didirikan dengan semangat gotong royong, namun malah berubah menjadi alat untuk mencari nafkah dengan cara-cara yang melanggar hukum. Tindakan ini jelas bertentangan dengan Undang-Undang Ormas dan nilai-nilai Pancasila," tegasnya.

Lebih lanjut, Irjen Karyoto mengimbau masyarakat untuk tidak takut melaporkan segala bentuk gangguan atau tindakan pemerasan, ancaman, maupun pungli yang dilakukan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab. "Kami mengajak seluruh masyarakat, khususnya para pelaku usaha, yang merasa terintimidasi, diperas, atau menjadi korban pungli, untuk segera melaporkan kejadian tersebut ke kantor polisi terdekat. Kami menjamin akan menindaklanjuti setiap laporan yang masuk dengan serius," kata Irjen Karyoto.

Selain menyasar ormas yang menyimpang, operasi ini juga akan menargetkan kelompok-kelompok yang terlibat dalam aksi tawuran, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, serta individu-individu yang menggunakan kekerasan atau membawa senjata tajam untuk melakukan pengancaman. "Kami akan memberantas premanisme hingga ke akar-akarnya, termasuk kelompok-kelompok yang menjadi cikal bakal tindakan premanisme, seperti geng-geng pelaku tawuran yang membawa senjata tajam untuk melukai atau bahkan menghilangkan nyawa orang lain," jelas Irjen Karyoto.

Panglima Komando Daerah Militer Jaya, Mayor Jenderal TNI Rafael Granada Baay, menyatakan komitmen penuh untuk mendukung operasi pemberantasan premanisme ini. Ia telah menginstruksikan seluruh jajaran Komando Distrik Militer (Kodim) dan Komando Resor Militer (Korem) untuk turun langsung membantu kepolisian dalam menindak para pelaku premanisme. "Kami dari TNI siap membersihkan preman-preman sampai ke akar-akarnya, terutama di wilayah-wilayah industri dan pertokoan yang seringkali terganggu aktivitasnya akibat ulah preman," tegas Mayjen TNI Rafael.

Mayjen TNI Rafael juga menyinggung tentang perlunya tindakan tegas terhadap pihak-pihak yang melakukan penghinaan terhadap institusi negara, termasuk personel TNI. "Apabila ada pihak-pihak yang menghina atau melecehkan prajurit kami, maka itu sudah masuk ranah hukum. Kami tidak akan tinggal diam jika kehormatan institusi kami diusik," ujarnya.

Menanggapi insiden pembakaran mobil polisi yang dilakukan oleh oknum anggota ormas Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB) di Depok, Irjen Karyoto menegaskan bahwa pihaknya telah menangkap sejumlah pelaku dan sedang melakukan pendalaman untuk mengungkap kemungkinan keterlibatan pimpinan ormas tersebut. "Ketua lokal ormas tersebut sudah kami amankan. Apabila ditemukan bukti bahwa ada perintah dari pimpinan di atasnya, maka tentu akan kami proses sesuai hukum yang berlaku. Kami pastikan hukum akan ditegakkan seadil-adilnya," pungkas Irjen Karyoto.