Istana Negara Menepis Efisiensi Anggaran Sebagai Penyebab Utama Perlambatan Ekonomi
Pemerintah Indonesia menanggapi isu perlambatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada kuartal I tahun 2025. Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Prasetyo Hadi, menekankan bahwa efisiensi anggaran yang dilakukan pemerintah bukanlah satu-satunya faktor penyebab penurunan tersebut. Pernyataan ini disampaikan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, sebagai respons atas analisis yang mengaitkan kebijakan efisiensi dengan performa ekonomi yang kurang memuaskan.
Prasetyo Hadi menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Ia mengakui bahwa belanja pemerintah memang merupakan salah satu elemen penting, namun bukan satu-satunya penentu. Oleh karena itu, ia menghimbau agar masyarakat tidak terpaku pada satu sudut pandang dalam menganalisis kondisi ekonomi saat ini. Pemerintah memandang perlambatan ekonomi secara komprehensif. Realokasi anggaran dilakukan untuk memprioritaskan sektor-sektor yang lebih strategis dan berpotensi memberikan dampak positif yang lebih besar bagi perekonomian nasional. Mensesneg juga menjelaskan, belanja pemerintah pada awal tahun biasanya belum mencapai titik maksimalnya. Pemerintah daerah cenderung meningkatkan pengeluaran di akhir tahun, sehingga memberikan dorongan tambahan bagi pertumbuhan ekonomi.
Lebih lanjut, Prasetyo Hadi menyoroti sektor pertanian yang menunjukkan kinerja positif dengan pertumbuhan di atas 10 persen. Sektor-sektor lain pun mengalami pertumbuhan positif yang signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa upaya pemerintah dalam mendorong diversifikasi ekonomi mulai membuahkan hasil. Perlambatan ekonomi di kuartal I-2025 juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti kebijakan ekonomi global dan tensi geopolitik yang meningkat. Kenaikan harga emas dunia, sebagai aset safe-haven, menjadi indikasi ketidakpastian ekonomi global yang turut mempengaruhi kondisi ekonomi Indonesia. Konflik geopolitik yang berkepanjangan dan munculnya ketegangan baru di berbagai wilayah dunia menambah kompleksitas tantangan yang dihadapi pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I tahun 2025 sebesar 4,87 persen (yoy). Angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan kuartal IV tahun 2024 yang mencapai 5,11 persen. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan bahwa kontraksi konsumsi pemerintah menjadi salah satu faktor penyebab perlambatan tersebut. Pada kuartal I-2025, konsumsi pemerintah terkontraksi 1,38 persen (yoy) dengan kontribusi negatif 0,08 persen terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini berbeda dengan tahun sebelumnya, di mana konsumsi pemerintah tumbuh pesat 19,90 persen dan memberikan kontribusi positif 1,09 persen terhadap pertumbuhan ekonomi.
Berikut beberapa point yang disampaikan dalam rilis berita:
- Efisiensi anggaran bukan satu-satunya penyebab perlambatan ekonomi.
- Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi banyak faktor.
- Belanja pemerintah daerah biasanya meningkat di akhir tahun.
- Sektor pertanian tumbuh positif di atas 10 persen.
- Faktor eksternal seperti geopolitik global turut mempengaruhi.
- Konsumsi pemerintah terkontraksi pada kuartal I-2025.
Kondisi ini memerlukan respons yang komprehensif dari pemerintah untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah tantangan global yang semakin kompleks.