Restoran di China Sajikan Daging Goreng dengan Tampilan Kontroversial
Inovasi dalam dunia kuliner seringkali menjadi daya tarik utama bagi pelanggan. Berbagai cara ditempuh untuk menciptakan pengalaman makan yang unik dan tak terlupakan, meski terkadang berujung pada kontroversi.
Sebuah restoran cepat saji di China bernama Dico's baru-baru ini menjadi perbincangan hangat karena menu terbarunya. Bukan karena rasanya yang aneh, melainkan karena tampilannya yang dinilai kurang menggugah selera. Menu yang diberi nama 'Black Gold Pepper Crispy Pork' ini memiliki bentuk dan warna yang menyerupai feses atau kotoran manusia.
Tentu saja, tampilan ini menimbulkan reaksi beragam dari masyarakat. Banyak yang merasa jijik dan kehilangan selera makan saat melihatnya. Namun, tak sedikit pula yang penasaran dan tertarik untuk mencobanya.
Dico's sendiri bukanlah pemain baru dalam dunia inovasi kuliner yang unik. Sejak tahun 2015, mereka memiliki program promosi bernama 'Krispi Day' yang selalu menghadirkan menu-menu baru yang tak biasa. Menu 'Black Gold Pepper Crispy Pork' ini adalah salah satu contohnya.
Pihak restoran menjelaskan bahwa warna hitam pada daging goreng tersebut berasal dari lapisan khusus yang terbuat dari tinta sotong laut dalam dan beras hitam. Bahan-bahan ini diolah dengan teknologi tinggi untuk menghasilkan lapisan yang cepat berubah menjadi hitam saat digoreng.
Berikut adalah penjelasan bahan yang digunakan:
- Tinta sotong laut dalam
- Beras hitam
- Lapisan adonan instan suhu tinggi
Juru bicara Dico's meyakinkan bahwa meskipun tampilannya kontroversial, rasa dan tekstur daging goreng ini sangatlah lezat. Mereka mengklaim bahwa menu ini telah mendapat banyak pujian dari pelanggan yang sudah mencobanya.
"Rasa dan kualitas adalah kunci utama," ujar juru bicara Dico's. Mereka juga menambahkan bahwa sejauh ini belum ada keluhan negatif yang diterima terkait menu nyeleneh ini.
Terlepas dari kontroversi yang ada, menu 'Black Gold Pepper Crispy Pork' ini berhasil mencuri perhatian publik dan menjadi viral di media sosial. Hal ini membuktikan bahwa inovasi, sekontroversial apapun, tetap memiliki daya tarik tersendiri dalam dunia kuliner.