Paus Leo XIV Tampil dengan Busana Simbolis: Pellegrina Merah dan Stola Empat Injil
Paus Leo XIV, nama baru yang memimpin 1,4 miliar umat Katolik di seluruh dunia, menunjukkan dirinya kepada publik pada Kamis, 8 Mei 2025, setelah melalui prosesi Konklaf di Kapel Sistina, Vatikan. Penampilan perdananya ini menarik perhatian, terutama pada pilihan busana yang berbeda dari pendahulunya.
Saat muncul di balkon Basilika Santo Petrus, Paus Leo XIV mengenakan pellegrina berwarna merah menyala dan stola berhiaskan ornamen emas yang rumit. Pemandangan ini kontras dengan kesederhanaan yang ditampilkan Paus Fransiskus lebih dari satu dekade sebelumnya, yang memilih jubah putih polos sebagai simbol pendekatan yang lebih bersahaja. Perbedaan ini menimbulkan pertanyaan tentang makna di balik busana Paus Leo XIV.
Sebelum terpilih sebagai Paus, Leo XIV dikenal sebagai Kardinal Robert Francis Prevost, yang pernah menjabat sebagai Uskup Chiclayo di Peru dari tahun 2015 hingga 2023. Ia juga merupakan salah satu kardinal yang ditunjuk langsung oleh Paus Fransiskus, dan pernah bertugas di Komisi Kepausan untuk Amerika Latin. Latar belakang dan pengalamannya ini memberikan dimensi tambahan pada interpretasi simbolisme pakaiannya.
Tradisi pakaian kepausan selama berabad-abad telah melibatkan serangkaian item yang sarat makna. Biasanya, seorang paus yang baru terpilih akan mengenakan jubah putih panjang, zucchetto (topi tengkorak putih), pellegrina (penutup bahu), stola yang dihiasi, dan salib dada. Setiap elemen ini memiliki signifikansi tersendiri dalam iman Katolik.
- Pellegrina: Jubah bahu ini bukan hanya untuk paus; kardinal, uskup, dan pendeta juga bisa memakainya. Merah, warnanya, melambangkan darah, api, dan kemartiran dalam tradisi Katolik.
- Stola: Stola merah dan emas Paus Leo XIV menampilkan ilustrasi dari keempat Injil Perjanjian Baru: Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Ini menekankan pentingnya Injil dalam kepemimpinan Paus dan ajaran Gereja.
Pilihan Paus Fransiskus untuk mengenakan jubah putih sederhana dan salib dada pada pelantikannya tahun 2013 adalah pernyataan yang disengaja tentang keinginannya untuk kesederhanaan dan fokus pada esensi imannya. Sementara itu, pilihan Paus Leo XIV, meskipun tampak lebih mewah, dapat dilihat sebagai pendekatan yang lebih tradisional, yang menekankan sejarah dan simbolisme yang kaya dari Gereja Katolik.