Tragedi Pendaki: Perhutani Bondowoso Tutup Akses Pendakian Tiga Gunung Ikonik

Keputusan Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bondowoso untuk menutup jalur pendakian tiga gunung sekaligus, yaitu Gunung Saeng, Gunung Piramid, dan Gunung Gul-gulan, menuai beragam reaksi dari kalangan pendaki. Langkah ini diambil menyusul insiden tragis yang menimpa seorang pendaki berusia 18 tahun bernama Baim, yang dilaporkan terjatuh ke jurang sedalam 150 meter dan meninggal dunia. Penutupan ini menimbulkan perdebatan mengenai keselamatan pendakian dan pengelolaan potensi wisata alam di wilayah Bondowoso.

Langkah penutupan ini lantas memicu beragam tanggapan dari komunitas pendaki. Oky, seorang pelajar SMA yang gemar mendaki gunung, mengungkapkan kekecewaannya atas keputusan tersebut. Ia menilai bahwa ketiga gunung tersebut memiliki daya tarik eksotis yang sayang untuk dilewatkan. Meskipun demikian, Oky mengakui bahwa medan pendakian di ketiga gunung yang terletak di Kecamatan Grujugan, Curahdami, dan Binakal tersebut memang memiliki tingkat risiko yang cukup tinggi. "Sayang sih, kalau sampai dilarang. Karena ketiga gunung tersebut sangat menarik untuk didaki," ujarnya.

Senada dengan Oky, seorang pendaki wanita bernama Ocha juga menyayangkan penutupan tersebut. Ia menyoroti lokasi ketiga gunung yang relatif dekat dengan pusat kota Bondowoso, sehingga menjadi pilihan yang terjangkau bagi para pendaki dengan anggaran terbatas, terutama pelajar. "Lokasinya kan sangat dekat dari kota. Tak perlu menguras kantong banyak. Apalagi, bagi pelajar seperti saya," kata Ocha.

Berbeda dengan kedua pendaki tersebut, Fathurahman, seorang yang mengaku pernah melakukan pemetaan risiko di ketiga gunung tersebut bersama tim dari Wanadri, justru mendukung langkah penutupan yang diambil oleh Perhutani. Menurutnya, pendakian di ketiga gunung tersebut sangat berisiko jika dilakukan tanpa persiapan yang matang dan peralatan standar pendakian yang memadai. "Kebetulan saya pernah mapping bersama tim dari Wanadri di gunung itu. Menganalisis faktor risiko dan lainnya," tegas Fathur.

Hasil pemetaan yang dilakukan oleh Fathurahman dan timnya menunjukkan bahwa ketiga gunung tersebut sebaiknya ditutup atau dikelola secara profesional untuk meminimalkan risiko kecelakaan. Ia bahkan menyebut bahwa pendaki yang berhasil menaklukkan ketiga gunung tersebut tanpa peralatan standar dan kembali dengan selamat adalah sebuah keajaiban. "Kata mereka, orang naik gunung tersebut tanpa peralatan pendakian standar, lalu turun dengan selamat merupakan mukjizat," pungkas Fathurrahman Hidayah.

Keputusan Perhutani KPH Bondowoso untuk menutup pendakian Gunung Saeng, Gunung Piramid, dan Gunung Gul-gulan didasarkan pada pertimbangan keselamatan mengingat lokasi ketiga gunung tersebut berada di kawasan hutan lindung yang memiliki karakteristik medan yang cukup menantang dan berpotensi membahayakan pendaki. Selain itu, beberapa insiden kecelakaan yang menimpa pendaki di masa lalu juga menjadi faktor pendorong dalam pengambilan keputusan ini. Gunung yang beberapa kali makan korban tersebut berada di kawasan hutan lindung, petak 23-1 RPH Curahdami dan RPH Wringin Tapung, Perhutani KPH Bondowoso. Larangan pendakian dikeluarkan karena dinilai sangat berisiko dan beberapa menelan korban jiwa karena terjatuh.