Hamas Klaim Terlibat Bentrokan Sengit dengan Pasukan Israel di Rafah
Kelompok Hamas mengklaim terlibat dalam pertempuran sengit dengan pasukan militer Israel di sekitar Rafah, wilayah selatan Jalur Gaza. Pernyataan yang dirilis pada hari Kamis (8/5) menyebutkan bahwa pejuang Hamas berhasil menyebabkan kerugian pada pihak Israel, baik korban jiwa maupun luka-luka.
Klaim yang disampaikan melalui saluran Telegram ini mengindikasikan bahwa, meskipun telah berlangsung lebih dari 19 bulan konflik, Hamas masih memiliki kekuatan dan kemampuan untuk melancarkan operasi di area-area yang dikendalikan oleh militer Israel. Dalam pernyataannya, Hamas merinci sebuah insiden penyergapan yang menargetkan pasukan Israel yang berjumlah 12 personel di sebuah rumah di wilayah Tanur, sebelah timur Rafah. Serangan tersebut dilakukan dengan menggunakan dua roket anti-personel dan anti-tank.
Hamas mengklaim penyergapan tersebut berhasil menewaskan dan melukai sejumlah tentara Israel. Akan tetapi, kelompok tersebut tidak memberikan rincian spesifik mengenai jumlah pasti korban dari pihak Israel. Hingga saat ini, pihak militer Israel belum memberikan tanggapan resmi terkait klaim yang dilontarkan oleh Hamas. Dalam beberapa bulan terakhir, Hamas jarang melaporkan aktivitas pertempuran di sekitar Rafah, terutama setelah mengalami kerugian signifikan akibat serangan udara dan darat yang dilancarkan oleh militer Israel. Sebelumnya, sebagian besar bentrokan antara pejuang Hamas dan tentara Israel dilaporkan terjadi di dekat Khan Younis dan wilayah utara Jalur Gaza.
Situasi di Jalur Gaza semakin memburuk setelah Israel mengumumkan rencana untuk memperluas operasi militernya di wilayah tersebut. Seorang pejabat dari Tel Aviv menyatakan bahwa perluasan operasi ini bertujuan untuk "merebut Jalur Gaza dan menguasai wilayah tersebut". Rencana ini menuai kecaman luas dari berbagai pihak, termasuk dari kepala HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang menyebutnya sebagai tindakan yang "sangat berbahaya" bagi warga sipil yang tinggal di Gaza.
Jalur Gaza sendiri telah berada di bawah blokade total Israel sejak 2 Maret, dengan akses terhadap bantuan kemanusiaan diputus. Kondisi ini telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang parah di wilayah tersebut. Serangan intensif militer Israel di Jalur Gaza kembali dilanjutkan pada 18 Maret, mengakhiri gencatan senjata yang telah berlangsung selama dua bulan.