Eskalasi Ketegangan: Jet Tempur J-10C Tiongkok Diduga Ungguli Rafale dalam Konflik Udara

Ketegangan Meningkat: Dugaan Keunggulan J-10C Atas Rafale dalam Konflik Udara

Klaim mengejutkan dari Pakistan dan laporan dari berbagai sumber internasional memicu perdebatan sengit mengenai superioritas udara di tengah meningkatnya ketegangan regional. Jet tempur J-10C buatan Tiongkok, yang dioperasikan oleh Angkatan Udara Pakistan, dilaporkan berhasil menembak jatuh beberapa pesawat tempur India, termasuk, yang paling signifikan, satu unit Rafale buatan Perancis.

Ishaq Dar, Menteri Luar Negeri Pakistan, secara terbuka menyatakan di hadapan parlemen bahwa J-10C menjadi aktor utama dalam insiden tersebut. Pernyataan ini mengarah pada kesimpulan bahwa J-10C, dan bukan JF-17 (juga buatan Tiongkok), bertanggung jawab atas serangan yang diklaim tersebut. "Jet tempur kami telah berhasil menjatuhkan tiga pesawat Rafale India. Jet tempur yang digunakan adalah J-10C," tegas Dar, seperti dikutip dari berbagai sumber berita.

Klaim ini diperkuat oleh laporan dari Reuters, yang mengutip dua pejabat Amerika Serikat yang mengonfirmasi bahwa Pakistan menggunakan jet tempur buatan Tiongkok untuk meluncurkan rudal udara ke udara yang berhasil menjatuhkan setidaknya dua pesawat India. Salah satu dari pesawat yang jatuh tersebut diidentifikasi sebagai Rafale. Walaupun demikian, klaim Pakistan mengenai tiga Rafale yang ditembak jatuh masih belum terverifikasi secara independen dan tetap menjadi sumber perdebatan.

Seorang pejabat dari Perancis, sebagaimana dilaporkan oleh CNN, turut mengamini bahwa Rafale yang dioperasikan oleh India telah menjadi korban serangan udara oleh Angkatan Udara Pakistan. Sebaliknya, pihak India memilih untuk tidak memberikan komentar atau membantah laporan mengenai jatuhnya pesawat mereka, terutama yang melibatkan Rafale.

Konfrontasi ini menandai babak baru dalam persaingan kekuatan militer antara dua negara tetangga yang memiliki senjata nuklir. Insiden ini juga menjadi ajang pembuktian bagi sistem persenjataan canggih Tiongkok dalam menghadapi sistem persenjataan buatan Barat. Implikasinya sangat luas, berpotensi memengaruhi industri persenjataan global dan reputasi masing-masing negara yang terlibat.

Peristiwa ini memicu diskusi intensif mengenai beberapa aspek kunci, antara lain:

  • Kinerja Rafale: Perancis mungkin perlu melakukan evaluasi mendalam mengenai bagaimana jet tempur andalannya, Rafale, dapat ditembak jatuh oleh pesawat tempur Tiongkok.
  • Rudal PL-15: Analis intelijen juga menaruh perhatian besar pada kinerja rudal udara ke udara PL-15 buatan Tiongkok, yang diduga digunakan dalam serangan terhadap Rafale. Para blogger militer Tiongkok menggarisbawahi jangkauan rudal PL-15E, yang diyakini digunakan oleh J-10C untuk menyerang pesawat India. Mereka mengklaim bahwa PL-15E memiliki jangkauan hingga 150 kilometer dan, dengan dukungan radar array, mampu mengunci dan menembak jatuh jet tempur canggih seperti Rafale dan SU-30MKI India dalam pertempuran.

Sebagai informasi tambahan, Tiongkok telah lama menjadi pemasok senjata utama bagi Pakistan, dengan menyediakan sekitar 82% dari impor senjata negara tersebut antara tahun 2019 dan 2023, menurut data dari Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm.

Tiongkok memandang Pakistan sebagai sekutu strategis yang penting. Di India, pengamat militer sebelumnya berpendapat bahwa Pakistan mengakuisisi J-10C khusus untuk mengimbangi kemampuan Rafale India. Pada tahun 2022, seorang analis militer Tiongkok terkemuka, Shi Hong, menyatakan kepada Global Times bahwa J-10C jauh lebih unggul daripada jet tempur F-16 buatan AS yang dimiliki oleh Angkatan Udara Pakistan dan mampu menyaingi jet tempur Rafale yang baru-baru ini mulai beroperasi dengan Angkatan Udara India.

Secara teknis, Chengdu J-10C Vigorous Dragon adalah pesawat tempur multiperan generasi 4.5 yang diproduksi oleh Chengdu Aircraft Industry Group di Tiongkok. Dirancang terutama untuk superioritas udara dan pertempuran udara ke udara, kemampuannya sering dibandingkan dengan F-16 Fighting Falcon milik Amerika Serikat. J-10C diklaim memiliki kemampuan manuver dan kelincahan yang sangat baik dalam pertempuran, berkat mesin WS-10B buatan Tiongkok. Pesawat ini dilengkapi dengan radar Active Electronically Scanned Array (AESA), yang meningkatkan kemampuan deteksi, pelacakan, dan penargetan dalam berbagai kondisi cuaca. J-10C juga dilengkapi dengan avionik canggih dan sistem peperangan elektronik terintegrasi untuk mengganggu radar musuh dan melawan ancaman elektronik. Jet ini juga memiliki fitur stealth semi-siluman, meskipun tidak secanggih jet tempur generasi kelima. J-10C memiliki muatan total sekitar 6.000 kg, termasuk rudal udara ke udara PL-10 (berpemandu IR) dan PL-15 (BVR) canggih dengan jangkauan lebih jauh, kemampuan serangan presisi dengan amunisi berpemandu, dan rudal anti kapal untuk serangan maritim.