Terungkap! Proses di Balik Sinyal Asap Putih Pemilihan Paus

Setelah penantian panjang, asap putih membubung dari cerobong Kapel Sistina di Vatikan, mengumumkan terpilihnya Paus baru. Kardinal Robert Francis Prevost terpilih sebagai Paus Leo XIV, menggantikan mendiang Paus Fransiskus yang wafat pada 21 April lalu.

Tradisi asap hitam dan putih dari cerobong asap Kapel Sistina menjadi sorotan dunia setiap kali proses pemilihan Paus (conclave) berlangsung. Asap tersebut bukan sekadar simbol, melainkan representasi visual yang menginformasikan hasil pemungutan suara kepada dunia.

  • Asap hitam menandakan kebuntuan, bahwa para kardinal belum mencapai mufakat untuk memilih Paus.
  • Asap putih adalah sinyal keberhasilan, yang berarti Paus baru telah terpilih.

Di balik tradisi yang telah berlangsung lama ini, tersembunyi perpaduan menarik antara sains dan tradisi Gereja Katolik. Selama conclave, para Kardinal memberikan suara secara rahasia. Setelah setiap sesi pemungutan suara, surat suara dikumpulkan dan dibakar dalam tungku khusus di dalam kapel.

Metode Tradisional dan Modernisasi

Secara historis, Vatikan menggunakan metode sederhana untuk menghasilkan asap berwarna. Asap putih dihasilkan dengan membakar jerami basah bersama surat suara, sedangkan asap hitam dihasilkan dengan membakar ter atau tar.

Namun, metode ini seringkali menghasilkan warna abu-abu yang ambigu, sehingga membingungkan publik. Untuk mengatasi masalah ini, Vatikan melakukan modernisasi pada tahun 2005 dengan memperkenalkan tungku baru dan formula kimia yang lebih presisi.

Formula Kimia Asap Hitam dan Putih

Saat ini, asap hitam dihasilkan dengan membakar surat suara bersama campuran bahan kimia yang menghasilkan asap tebal dan kaya karbon, seperti:

  • Kalium nitrat
  • Antrasena
  • Sulfur

Asap putih, di sisi lain, dihasilkan dengan membakar surat suara bersama campuran bahan kimia yang menghasilkan asap putih terang, termasuk:

  • Kalium klorat
  • Laktosa
  • Getah pinus

Peran Ahli Kembang Api

Untuk memastikan sinyal asap yang jelas dan tidak ambigu, Vatikan bahkan melibatkan ahli kembang api. Para ahli ini bertugas menguji dan menyempurnakan formula serta proses pembakaran untuk memastikan warna asap terlihat jelas bagi khalayak yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus dan pemirsa di seluruh dunia.

Ritual asap ini tidak hanya berfungsi sebagai cara untuk menjaga kerahasiaan conclave, tetapi juga sebagai simbol khidmat dan penghubung antara Gereja dan umatnya. Penggunaan ilmu pengetahuan untuk menyempurnakan tradisi ini menunjukkan bagaimana Vatikan beradaptasi dengan zaman tanpa meninggalkan nilai-nilai sakralnya.