Perpisahan Pilu Bara Valentino dengan Sang Ayah di Afghanistan: Kisah Haru di Tengah Gejolak Politik

Perpisahan Pilu Bara Valentino dengan Sang Ayah di Afghanistan: Kisah Haru di Tengah Gejolak Politik

Aktor dan model Bara Valentino baru-baru ini berbagi kisah pilu tentang pertemuan terakhirnya dengan sang ayah di Afghanistan. Perjalanan yang sarat dengan risiko dan diwarnai kekhawatiran akan situasi politik yang tidak stabil di negara tersebut, menjadi bukti nyata kasih sayang dan pengabdian seorang anak kepada orang tuanya. Dalam tayangan Brownis di TransTV, Bara menceritakan pengalamannya yang mengharukan tersebut.

Keputusan Bara untuk pulang ke Afghanistan pada tahun 2024, di tengah kekacauan pasca-perubahan pemerintahan, tidaklah mudah. Ketakutan akan ketidakpastian dan potensi kesulitan untuk kembali ke Indonesia sempat menghantuinya. "Tadinya aku ragu-ragu untuk mau pulang karena situasi dengan Taliban, pemerintahannya sudah berubah, takutnya nggak bisa balik lagi," ungkap Bara, menggambarkan keraguan yang menghimpitnya sebelum keberangkatan.

Namun, kerinduan dan keinginan untuk menghabiskan waktu berkualitas bersama ayahnya yang sedang sakit mengalahkan rasa takut tersebut. Bara menghabiskan tiga minggu di Afghanistan, menciptakan kenangan berharga di tengah keterbatasan waktu yang ada. Kepulangannya ke Indonesia pun diwarnai tantangan tersendiri. Bara menceritakan pengalamannya ditahan di imigrasi Afghanistan. Petugas imigrasi awalnya meragukan tujuan keberangkatannya dan mempertanyakan maksud kedatangannya ke Indonesia.

"Sempat mau balik lagi ke Indonesia, sempat ditahan, ditanya sama Taliban, 'Kamu ngapain ke Indonesia?'. Awalnya mereka nggak percaya. Karena pakai KITAS, jadi mereka nggak tahu KITAS ini apa," jelasnya. Kemelut tersebut akhirnya teratasi berkat Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) yang telah diurus sebelumnya melalui Kedutaan Besar Afghanistan di Indonesia dan Kementerian Luar Negeri Afghanistan. Setelah satu jam menjalani pemeriksaan, Bara akhirnya diizinkan meninggalkan Afghanistan.

Rencana untuk kembali ke Afghanistan dalam waktu 14 hari pun telah disusun. Namun takdir berkata lain. Hanya lima hari setelah kepulangannya, Bara menerima kabar duka cita atas meninggalnya sang ayah. "Kata-kata terakhir ayah (sebelum Bara kembali ke Indonesia), 'Jaga ibu kamu. Selalu akrab sama saudara-saudara', itu sih. Ini adalah tahun pertama menjalankan Ramadan tanpa idola nomor satu di hidup. Ya pastinya sedih, sekarang alhamdulillah ayah sudah senang, nggak sakit lagi," kenang Bara dengan mata berkaca-kaca.

Bagi Bara, sosok ayahnya selalu menjadi sumber kekuatan dan kebahagiaan. Sebagai anak bungsu, ia merasakan kasih sayang dan perhatian yang besar dari kedua orang tuanya. Bahkan hingga akhir hayatnya, sang ayah dan ibu masih menganggap Bara sebagai anak kecil yang selalu perlu dimanjakan dan dijaga. "Saat terakhir aku bilang ke ayah dan ibu ya mungkin waktu kecil aku jarang bilang, tapi aku sayang banget sama ibu dan ayah. I love you gitu selalu. Alhamdulillah aku senang bisa memberikan. Ketika aku alhamdulillah merasa cukup sukses di sini, apa yang orang tua mau aku bisa kasih," ungkap Bara, menggambarkan rasa syukurnya dapat memberikan yang terbaik bagi orang tuanya.

Kisah perjalanan Bara Valentino ke Afghanistan ini bukan hanya sekadar cerita perjalanan, tetapi juga sebuah refleksi tentang pentingnya keluarga, pengorbanan, dan arti sebuah perpisahan. Di tengah situasi politik yang bergejolak, kasih sayang seorang anak tetap mampu menembus batas geografis dan memberikan ketenangan di penghujung usia sang ayah. Kisah ini menyentuh hati dan menjadi pengingat akan pentingnya menghargai waktu bersama orang-orang terkasih.

KITAS (Kartu Izin Tinggal Terbatas): Sebuah izin tinggal yang diberikan kepada warga negara asing untuk tinggal dan bekerja di Indonesia dalam jangka waktu tertentu.