Astra International Pertimbangkan Pasar Luas dalam Pengembangan Kendaraan Listrik

PT Astra International Tbk (ASII) tengah menyusun strategi untuk memperluas jangkauan kendaraan listrik (EV) di Indonesia. Perusahaan ini menargetkan untuk menghadirkan kendaraan listrik yang lebih terjangkau bagi masyarakat luas, sejalan dengan struktur pasar otomotif nasional.

Djony Bunarto Tjondro, Presiden Direktur ASII, mengungkapkan bahwa perusahaan telah memantau perkembangan pasar kendaraan listrik selama beberapa tahun terakhir. Namun, ia menyoroti bahwa mayoritas kendaraan listrik berbasis baterai (BEV) yang ada saat ini cenderung menyasar segmen pasar menengah ke atas. Padahal, data menunjukkan bahwa sebagian besar pasar otomotif Indonesia berada di segmen harga di bawah Rp 300 juta.

"Kami di Astra ingin meluncurkan kendaraan listrik hibrida (xEV) yang dapat menjangkau pasar yang lebih luas, terutama di kalangan konsumen dengan anggaran terbatas," ujar Djony dalam konferensi pers Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) ASII.

Untuk mencapai tujuan ini, Astra International tengah mempersiapkan perencanaan teknis dan non-teknis yang matang. Perusahaan berharap dapat segera meluncurkan BEV baru dan kendaraan hibrida yang lebih terjangkau bagi masyarakat Indonesia.

Henry Tanoto, Direktur ASII, menambahkan bahwa penetrasi mobil listrik saat ini masih terkonsentrasi di wilayah Jabodetabek dan kota-kota besar lainnya. Selain itu, pasar mobil listrik bekas yang belum berkembang juga menjadi tantangan bagi calon pembeli mobil listrik pertama.

"Penyebaran BEV masih didominasi di kota-kota besar. Sementara itu, penyebaran kendaraan hibrida lebih merata, dengan hampir 50 persen penjualan terjadi di kota-kota besar dan daerah," jelas Henry.

Kinerja Keuangan Kuartal I-2025

Pada kuartal I-2025, Astra International mencatatkan pendapatan sebesar Rp 83,36 triliun, meningkat 2,64 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 81,2 triliun. Namun, laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk mengalami penurunan sebesar 7,12 persen menjadi Rp 6,93 triliun, dibandingkan dengan Rp 7,46 triliun pada kuartal I-2024.