Tekanan Teman Sebaya Picu Kebiasaan Merokok pada Remaja

Tekanan Teman Sebaya Picu Kebiasaan Merokok pada Remaja

Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat, terutama di kalangan remaja. Data menunjukkan bahwa lebih dari separuh perokok aktif berada pada usia 15 hingga 19 tahun. Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran serius terkait kesehatan generasi muda dan masa depan bangsa.

Salah satu faktor utama yang mendorong remaja untuk merokok adalah tekanan dari teman sebaya. Dalam upaya mencari penerimaan sosial, banyak remaja merasa perlu merokok agar dapat berbaur dan diterima dalam kelompok pergaulan mereka. Keingintahuan dan upaya menghilangkan stres juga menjadi alasan umum lainnya yang seringkali menjadi pemicu awal kebiasaan merokok.

Sebuah survei yang dilakukan oleh Jalin Foundation pada tahun 2024 menunjukkan bahwa sebagian besar remaja percaya bahwa merokok dapat meningkatkan popularitas dan memperluas jaringan pertemanan. Temuan ini menggarisbawahi betapa kuatnya pengaruh lingkungan sosial dalam membentuk perilaku merokok di kalangan remaja. Survei tersebut juga mengungkapkan bahwa banyak remaja yang telah mencoba berhenti merokok mengalami kesulitan karena pengaruh teman-teman mereka yang masih merokok.

Regulasi pemerintah telah berupaya untuk mengendalikan kebiasaan merokok terutama pada kalangan remaja. Pemerintah telah mengeluarkan berbagai peraturan untuk mengendalikan jumlah perokok, terutama di kalangan remaja. Regulasi ini mencakup larangan penjualan rokok kepada anak di bawah usia 21 tahun dan larangan penjualan rokok secara eceran. Namun, efektivitas peraturan ini masih perlu ditingkatkan, terutama dalam hal penegakan hukum dan pengawasan.

Kementerian Kesehatan RI menyoroti pentingnya fokus pada remaja laki-laki dalam upaya pengendalian rokok. Kelompok ini dianggap krusial dalam konteks bonus demografi Indonesia. Untuk itu, diperlukan upaya komprehensif untuk menciptakan lingkungan yang tidak menarik bagi remaja untuk mencoba rokok, serta memberikan dukungan bagi mereka yang ingin berhenti merokok.

Pengaruh iklan yang menciptakan citra perokok sebagai sosok yang keren dan jantan juga menjadi perhatian. Kampanye-kampanye antirokok perlu terus digencarkan untuk menyeimbangkan citra tersebut dan menunjukkan bahwa laki-laki dapat tampil keren tanpa harus merokok. Kampanye tersebut harus menyasar target anak muda dengan pendekatan yang kreatif.

Jalin Foundation telah meluncurkan kampanye perubahan perilaku bernama RAW (Resilient, Awesome, & Wise) sebagai respons terhadap masalah ini. Kampanye ini bertujuan untuk mencegah remaja memulai kebiasaan merokok dan mendukung mereka yang ingin berhenti merokok dengan pendekatan yang kreatif, partisipatif, dan sesuai dengan aspirasi anak muda. Kampanye RAW tidak hanya menyampaikan pesan tentang bahaya rokok, tetapi juga memberikan ruang bagi remaja laki-laki untuk berekspresi dan merasa didengar.

Kampanye ini mengajak remaja untuk menyadari bahwa mereka dapat menyalakan inspirasi tanpa rokok, dan berani tampil otentik tanpa takut tekanan sosial. Kampanye RAW akan dilaksanakan melalui berbagai kegiatan kreatif, baik secara online maupun offline, dengan harapan dapat membantu remaja memperkuat ketahanan psikologis, mengurangi tekanan sosial untuk merokok, dan meningkatkan akses terhadap dukungan untuk berhenti merokok.

Salah satu remaja yang terlibat dalam kampanye ini menyambut baik inisiatif tersebut dan berharap dapat memberikan dampak positif bagi generasi muda Indonesia.