Tekanan Darah Tinggi pada Anak: Penyebab, Faktor Risiko, dan Langkah Pencegahan
Waspadai Hipertensi pada Anak: Kenali Penyebab dan Langkah Pencegahannya
Hipertensi atau tekanan darah tinggi, yang selama ini dikenal sebagai masalah kesehatan orang dewasa, ternyata juga dapat menyerang anak-anak, bahkan sejak usia bayi. Hal ini menjadi perhatian serius mengingat dampak jangka panjang yang dapat ditimbulkan.
Dr. Reza Fahlevi, Sp.A(K), seorang dokter spesialis anak, dalam sebuah diskusi yang diadakan oleh Kementerian Kesehatan RI, menekankan pentingnya meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kemungkinan terjadinya hipertensi pada anak-anak. Beliau menyampaikan bahwa kasus hipertensi pada anak seringkali tidak terdeteksi karena jarang dilakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin.
Penyebab Hipertensi pada Anak
Hipertensi pada anak dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis utama, yaitu:
- Hipertensi Primer: Jenis ini terjadi tanpa adanya kelainan organ yang mendasari. Faktor genetik atau keturunan dan obesitas seringkali menjadi penyebab utama.
- Hipertensi Sekunder: Jenis ini disebabkan oleh penyakit lain yang memicu peningkatan tekanan darah. Penyakit ginjal merupakan penyebab paling umum dari hipertensi sekunder pada anak-anak. Selain itu, kondisi lain seperti hipertiroid, penyakit jantung, autoimun, dan gangguan hormonal juga dapat menjadi pemicu.
Selain itu, bayi prematur atau bayi dengan berat lahir rendah juga memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami hipertensi di kemudian hari.
Faktor Risiko Hipertensi pada Anak
Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seorang anak mengalami hipertensi meliputi:
- Riwayat kelahiran prematur atau berat lahir rendah.
- Obesitas atau kelebihan berat badan.
- Riwayat keluarga dengan hipertensi atau penyakit ginjal.
- Kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi garam.
- Kurang tidur.
- Stres.
Obesitas menjadi salah satu komplikasi utama yang seringkali memicu terjadinya hipertensi pada anak-anak.
Mengenali Gejala Hipertensi pada Anak
Untuk anak remaja berusia 13 tahun ke atas, hipertensi didiagnosis jika tekanan darahnya mencapai atau melebihi 130/80 mmHg. Sementara itu, untuk anak-anak di bawah usia 13 tahun, penilaian dilakukan berdasarkan persentil yang disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, dan tinggi badan anak. Seorang anak dianggap mengalami hipertensi jika tekanan darahnya berada di atas persentil 95.
Penting untuk diingat bahwa diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan satu kali pengukuran tekanan darah. Diperlukan serangkaian pemeriksaan dan evaluasi lebih lanjut untuk memastikan diagnosis yang akurat.
Langkah-Langkah Pencegahan Hipertensi pada Anak
Mencegah hipertensi pada anak melibatkan perubahan gaya hidup yang sehat, meliputi:
- Batasi Konsumsi Gula dan Garam: Konsumsi gula berlebihan dapat menyebabkan obesitas, yang merupakan faktor risiko utama hipertensi. Batasi asupan gula hingga maksimal 10% dari total kalori harian. Selain itu, kurangi konsumsi garam, terutama pada makanan olahan yang seringkali mengandung garam tersembunyi. Untuk anak usia 1-3 tahun, batasi asupan garam kurang dari 2 gram per hari.
- Pantau Tumbuh Kembang Anak: Perhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak secara berkala. Banyak penyakit, termasuk penyakit ginjal, dapat dideteksi melalui pemantauan tumbuh kembang yang rutin.
- Pastikan Tidur yang Cukup: Anak-anak membutuhkan waktu tidur yang cukup, minimal 8 jam per hari. Tidur yang cukup tidak hanya mencegah hipertensi, tetapi juga penting untuk pertumbuhan dan perkembangan memori.
- Aktivitas Fisik Rutin: Dorong anak untuk melakukan aktivitas fisik secara rutin, minimal 30 menit setiap hari. Olahraga dapat membantu mencegah obesitas dan meredakan stres, yang juga dapat memicu hipertensi.
- Periksa Tekanan Darah Secara Rutin: Mulai usia 3 tahun, periksakan tekanan darah anak secara rutin, minimal setahun sekali.
Penanganan Hipertensi pada Anak
Penanganan awal hipertensi pada anak biasanya dimulai dengan modifikasi gaya hidup. Jika tekanan darah tidak membaik dalam waktu 2-4 minggu, barulah pertimbangkan penggunaan obat-obatan. Pastikan anak mendapatkan tidur yang cukup, hindari stres, dan terapkan pola makan yang sehat. Jika anak mengalami obesitas, konsultasikan dengan ahli gizi untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Penanganan hipertensi pada anak bersifat komprehensif dan tidak hanya terbatas pada pemberian obat-obatan. Perlu adanya pendekatan holistik yang melibatkan perubahan gaya hidup, dukungan psikologis, dan penanganan penyakit yang mendasari (jika ada).