Sejarah Konklaf: Kilas Balik Pemilihan Paus Tercepat dan Terlama
Kapel Sistina di Vatikan kembali menjadi saksi bisu sebuah proses sakral: Konklaf, sebuah pertemuan tertutup yang mempertemukan para Kardinal untuk memilih pemimpin tertinggi Gereja Katolik, seorang Paus. Di balik prosesi khidmat dan doa-doa yang dipanjatkan, tersembunyi sejarah panjang dan penuh warna, di mana waktu pemilihan seorang Paus dapat membentang dari hitungan jam hingga bertahun-tahun.
Sejarah mencatat, durasi Konklaf sangat bervariasi, mencerminkan dinamika internal Gereja, pengaruh politik eksternal, dan tentu saja, tuntunan Roh Kudus. Beberapa Konklaf berlangsung singkat, mencerminkan konsensus yang cepat di antara para Kardinal. Namun, ada pula Konklaf yang berlarut-larut, diwarnai perdebatan sengit, intrik politik, dan kebimbangan dalam menentukan sosok yang paling tepat untuk memimpin umat Katolik sedunia.
Konklaf Terlama: Penantian Hampir Tiga Tahun (1268-1271)
Konklaf terlama dalam sejarah Gereja Katolik menjadi catatan tersendiri. Setelah wafatnya Paus Klemens IV, para Kardinal menghadapi jalan buntu dalam mencapai kesepakatan. Perbedaan pandangan yang mendalam dan tekanan politik yang kuat menjadi penghalang utama. Selama hampir tiga tahun, para Kardinal berkumpul dan berunding tanpa menghasilkan keputusan. Baru pada tahun 1271, setelah penantian panjang dan doa yang tak henti-hentinya, Teobaldo Visconti, yang saat itu bahkan belum menyandang status Kardinal, terpilih sebagai Paus dan mengambil nama Gregorius X.
Pengalaman pahit ini mendorong Paus Gregorius X untuk mengeluarkan dekrit Ubi periculum, yang mewajibkan Konklaf diadakan secara tertutup dan terisolasi dari dunia luar. Tujuannya jelas, untuk mencegah campur tangan pihak eksternal dan mempercepat proses pengambilan keputusan. Meskipun sempat dicabut sementara, aturan ini kemudian diberlakukan kembali setelah Konklaf panjang lainnya pada tahun 1292-1294. Menariknya, sejak tahun 1831, tidak ada lagi Konklaf yang berlangsung lebih dari empat hari.
Konklaf Tercepat: Kilat Satu Hari (1503)
Di sisi lain spektrum waktu, terdapat Konklaf tercepat yang pernah tercatat dalam sejarah. Pada tahun 1503, setelah Paus Pius III meninggal dunia hanya 26 hari setelah menjabat akibat infeksi, para Kardinal dengan cepat berkumpul untuk memilih penggantinya. Dalam hitungan jam, mereka mencapai konsensus dan memilih Giuliano della Rovere sebagai Paus baru, yang kemudian dikenal sebagai Paus Julius II.
Kisah Konklaf ini menjadi bukti bahwa dengan rahmat Tuhan dan kesatuan hati, para Kardinal dapat dengan cepat menentukan pemimpin Gereja yang baru. Kontras antara Konklaf terlama dan tercepat ini memberikan gambaran yang jelas tentang dinamika kompleks dan misterius yang menyertai pemilihan seorang Paus.
Sementara dunia menantikan hasil Konklaf pemilihan Paus ke-267 yang berlangsung pada 2025, sejarah memberikan pelajaran berharga tentang kesabaran, kebijaksanaan, dan penyerahan diri kepada kehendak Ilahi dalam proses yang sakral ini.