Gunung Semeru Kembali Erupsi, Kolom Abu Vulkanik Capai Ketinggian 1 Kilometer

Gunung Semeru yang terletak di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, kembali menunjukkan aktivitas vulkaniknya dengan erupsi yang terjadi pada Rabu malam, 7 Mei 2025. Erupsi ini tercatat oleh Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Semeru terjadi tepat pukul 19.16 WIB.

Letusan tersebut menghasilkan kolom abu vulkanik dengan intensitas sedang yang membubung tinggi hingga mencapai 1.000 meter di atas puncak gunung. Arah kolom abu teramati condong ke arah barat laut. Data seismograf menunjukkan bahwa erupsi ini memiliki amplitudo maksimal 22 milimeter dengan durasi sekitar 118 detik.

Menurut keterangan tertulis dari petugas PPGA Semeru, Yadi Yuliandi, sebelum erupsi besar ini, tercatat juga adanya delapan erupsi lainnya sejak pukul 00.29 WIB. Akan tetapi, aktivitas vulkanik sebelumnya tersebut tidak dapat terpantau secara visual.

Dalam periode 24 jam sebelumnya, tepatnya pada hari Selasa, 6 Mei 2025, PPGA Semeru mencatat adanya total 47 erupsi. Sebagian dari erupsi tersebut tidak dapat teramati dikarenakan kondisi cuaca di sekitar Gunung Semeru yang berkabut.

Menanggapi aktivitas Gunung Semeru ini, Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang, Yudhi Cahyono, menyatakan bahwa status aktivitas Gunung Semeru saat ini berada pada Level II atau Waspada.

Pihaknya mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang aliran Besuk Kobokan, dengan radius 8 kilometer dari puncak gunung. Selain itu, masyarakat juga dilarang beraktivitas dalam radius 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan, mengingat potensi perluasan awan panas dan aliran lahar yang dapat menjangkau hingga 13 kilometer dari puncak.

"Masyarakat diimbau waspada terhadap potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru," ujar Yudhi Cahyono.

Kondisi cuaca yang sering diguyur hujan lebat meningkatkan risiko terjadinya banjir lahar. Oleh karena itu, kewaspadaan menjadi kunci utama untuk meminimalisir dampak yang mungkin terjadi akibat aktivitas Gunung Semeru.