Hashim Djojohadikusumo Gali Potensi Energi Nuklir dari Bill Gates

markdown Dalam pertemuan yang berlangsung di Istana Negara, Jakarta, Hashim Djojohadikusumo, adik Presiden Prabowo Subianto, memanfaatkan kesempatan untuk berdiskusi dengan tokoh filantropi dan inovator teknologi, Bill Gates. Pertemuan yang dihadiri oleh sejumlah pengusaha Indonesia ini menjadi ajang bertukar pikiran mengenai energi terbarukan dan potensi energi nuklir di masa depan.

Hashim, yang juga menjabat sebagai Utusan Presiden Bidang Iklim dan Energi, secara spesifik menanyakan pandangan Gates tentang investasi yang telah dilakukannya di bidang energi terbarukan, serta ketertarikannya pada Small Modular Reactor (SMR) atau reaktor modular kecil. Ia menyinggung rencana pemerintah Indonesia untuk memulai program pembangkit listrik tenaga nuklir yang ambisius.

"Saya ingin mengetahui pemikiran Anda tentang energi nuklir, Small Modular Reactor (SMR). Saya tahu Anda memang sedang berinvestasi di Wyoming untuk energi nuklir SMR. Anda mungkin tahu bahwa pemerintah kami akan memulai program pembangkit listrik tenaga nuklir yang sangat ambisius," ungkap Hashim.

Lebih lanjut, Hashim menyoroti pentingnya solusi berbasis alam, seperti reboisasi dan pemulihan habitat satwa liar, dalam mengatasi isu-isu lingkungan. Ia ingin mengetahui lebih dalam mengenai rencana Gates terkait energi nuklir dan pandangannya tentang solusi berbasis alam.

Menanggapi pertanyaan tersebut, Bill Gates menjelaskan motivasinya dalam mengembangkan teknologi reaktor nuklir generasi keempat melalui perusahaan TerraPower yang didirikannya pada tahun 2006. Ia menekankan bahwa kebutuhan akan listrik murah di negara berkembang menjadi pendorong utama inisiatif ini. Kesadaran akan perubahan iklim dan perlunya mengurangi emisi karbon hingga nol juga menjadi faktor penting.

"Jadi saya berbicara dengan teman-teman saya, 'Oke, bisakah kita membuat energi nuklir menjadi murah?' Jadi saya mulai sebuah perusahaan pada tahun 2006 yang disebut TerraPower untuk membuat reaktor nuklir generasi keempat," kata Gates.

Gates mengakui bahwa pengembangan reaktor nuklir baru menghadapi tantangan, terutama terkait biaya dan kompleksitas desain. Proyek percontohan yang awalnya direncanakan di China mengalami perubahan karena pertimbangan politik dari pemerintah Amerika Serikat. Saat ini, TerraPower sedang membangun reaktor pertamanya di Amerika Serikat.

Gates menekankan pentingnya membuat energi nuklir terjangkau dan aman, mengingat banyak negara seperti Jepang, Korea Selatan, Prancis, dan Inggris tertarik untuk memanfaatkan sumber energi ini. Ia berharap, dengan pembangunan 20 reaktor, biaya produksi energi nuklir dapat ditekan secara signifikan. Kemitraan strategis dengan perusahaan Korea Selatan seperti Hyundai dan SK menjadi bagian penting dari upaya ini. Diharapkan, reaktor pertama akan mulai beroperasi pada tahun 2030.

Berikut adalah poin-poin penting yang dibahas dalam pertemuan tersebut:

  • Ketertarikan Hashim Djojohadikusumo pada investasi Bill Gates di bidang energi terbarukan dan nuklir.
  • Pertanyaan Hashim mengenai pandangan Bill Gates tentang Small Modular Reactor (SMR) dan solusi berbasis alam.
  • Penjelasan Bill Gates tentang motivasinya mengembangkan reaktor nuklir generasi keempat melalui TerraPower.
  • Tantangan dan perkembangan proyek reaktor nuklir TerraPower di Amerika Serikat.
  • Harapan Bill Gates untuk membuat energi nuklir terjangkau dan aman bagi banyak negara.
  • Kemitraan strategis TerraPower dengan perusahaan Korea Selatan.
  • Target operasional reaktor pertama TerraPower pada tahun 2030.