Trik Kotor Restoran: Manipulasi Nama di Aplikasi Ojek Online Guna Gaet Pelanggan

Persaingan bisnis kuliner yang semakin ketat mendorong para pelaku usaha untuk mencari cara kreatif dalam menarik perhatian pelanggan. Namun, tidak semua strategi yang digunakan dapat dibenarkan. Sebuah praktik yang tidak etis baru-baru ini terungkap, di mana sebuah restoran di Malaysia diduga melakukan manipulasi dengan menciptakan banyak nama fiktif di aplikasi ojek online (ojol) untuk mengelabui konsumen.

Modus operandi ini pertama kali diungkap oleh seorang pengguna media sosial dengan akun @farahharith yang merasa curiga dengan keberadaan sejumlah restoran di platform GrabFood. Kecurigaan tersebut muncul setelah ia menemukan beberapa restoran dengan nama, tampilan, dan deskripsi menu yang identik. Lebih lanjut, setelah ditelusuri, restoran-restoran ini ternyata berlokasi di alamat yang sama dan menawarkan harga yang serupa.

Restoran yang menjadi sorotan dalam kasus ini adalah Pop Meals. Berdasarkan investigasi yang dilakukan oleh warganet, Pop Meals diduga telah membuat sedikitnya 17 nama restoran berbeda yang semuanya mengarah pada satu entitas bisnis yang sama. Tujuannya disinyalir untuk mendominasi platform ojol dan menutupi keberadaan restoran lain, sehingga pelanggan hanya terpaku pada pilihan yang telah dimanipulasi. Beberapa nama restoran fiktif yang dibuat antara lain Sambal Sambal, Ayam Gepuk Gajus, Pasta &Co., House of Buttermilk, dan FryDay's.

Praktik ini menuai kecaman dari banyak pengguna aplikasi ojol. Mereka merasa dirugikan karena tidak mendapatkan pilihan yang jujur dan transparan. Beberapa netizen bahkan mengungkapkan kekecewaannya terhadap Pop Meals, yang dulunya dikenal dengan kualitas rasa yang baik, namun kini dianggap menurun seiring dengan ekspansi bisnis yang agresif.

Berikut adalah beberapa nama restoran fiktif yang diduga dibuat oleh Pop Meals:

  • Sambal Sambal
  • Ayam Gepuk Gajus
  • Pasta &Co.
  • House of Buttermilk
  • FryDay's

Kasus ini menjadi pengingat bagi konsumen untuk lebih waspada dan teliti dalam memilih restoran online. Praktik manipulasi seperti ini tidak hanya merugikan pelanggan, tetapi juga merusak ekosistem bisnis kuliner yang sehat dan kompetitif.