Gencatan Senjata AS-Houthi Picu Reaksi Keras Israel
Gencatan Senjata AS-Houthi: Israel Terkejut dan Meradang
Pengumuman mendadak dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengenai gencatan senjata antara Amerika Serikat dan kelompok Houthi di Yaman telah menimbulkan gelombang kejutan dan kekecewaan di kalangan pejabat tinggi Israel, termasuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Kesepakatan gencatan senjata ini, yang diumumkan pada hari Rabu, muncul setelah serangkaian eskalasi dramatis. Kelompok Houthi, yang didukung oleh Iran, dilaporkan berhasil menembus sistem pertahanan udara Israel dan Amerika, melancarkan serangan di dekat Bandara Ben Gurion pada akhir pekan lalu. Akibat serangan tersebut, lalu lintas udara terpaksa dihentikan selama beberapa jam, dan beberapa maskapai penerbangan internasional menangguhkan penerbangan ke Tel Aviv.
Israel merespons dengan melancarkan serangan udara balasan terhadap wilayah Yaman yang sebagian besar dikuasai oleh Houthi pada hari Minggu dan Senin. Namun, hanya beberapa jam setelah serangan kedua Israel, Presiden Trump tiba-tiba mengumumkan penghentian operasi militer AS terhadap Houthi. Trump bahkan mengklaim bahwa Houthi telah "menyerah" dan tidak lagi berniat untuk berperang.
Menyusul pengumuman tersebut, Menteri Luar Negeri Oman mengungkapkan bahwa negaranya telah bertindak sebagai mediator dalam kesepakatan gencatan senjata, yang mencakup komitmen dari Houthi untuk menghentikan serangan terhadap kapal-kapal AS di Laut Merah dan Selat Bab al-Mandeb.
Pemerintah AS mengklaim bahwa operasi militer yang dimulai pada 15 Maret akan dihentikan setelah Houthi berjanji untuk berhenti menyerang kapal-kapal Amerika dan menegakkan keamanan maritim. Gedung Putih menyebut gencatan senjata ini sebagai kemenangan kebijakan luar negeri.
Namun, bagi Israel, kesepakatan ini memicu kekhawatiran dan rasa frustrasi yang mendalam.
Kelompok Houthi dengan cepat mengklarifikasi bahwa gencatan senjata tersebut tidak berlaku untuk Israel. Seorang juru bicara Houthi memperingatkan warga Israel untuk "tetap berada di tempat perlindungan bawah tanah", mengindikasikan niat kelompok tersebut untuk melanjutkan serangan terhadap Tel Aviv.
Pejabat Israel, yang berbicara secara anonim kepada media lokal, menyatakan keterkejutan dan kekecewaan mereka karena tidak diberi tahu sebelumnya tentang kesepakatan tersebut. Mereka juga mengkritik pemerintahan Trump karena tidak mempertimbangkan kepentingan keamanan Israel dalam perundingan dengan Houthi.
Insiden ini menandai langkah kebijakan besar ketiga oleh pemerintahan Trump dalam beberapa bulan terakhir yang mengejutkan Netanyahu dan pemerintahannya. Sebelumnya, AS juga mengejutkan Israel dengan mengungkapkan adanya pembicaraan langsung dengan Hamas di Qatar mengenai sandera Amerika, dan ketika Trump mengumumkan bahwa perundingan nuklir dengan Iran telah dimulai. Pengumuman publik tentang perundingan nuklir dengan Teheran disampaikan Trump saat duduk di samping Netanyahu yang sedang berkunjung di Ruang Oval, Gedung Putih.
Pada hari Selasa, seorang pejabat senior Houthi memuji gencatan senjata antara AS dan Houthi di media sosial, menggambarkannya sebagai "kemenangan yang memisahkan dukungan Amerika dari entitas sementara (Israel)" dan kegagalan bagi Netanyahu. Pernyataan ini semakin memperburuk hubungan antara Israel dan AS, serta meningkatkan ketidakpastian mengenai masa depan hubungan bilateral mereka.
Reaksi dan Implikasi
Reaksi keras dari Israel terhadap gencatan senjata AS-Houthi menyoroti perbedaan mendalam dalam prioritas keamanan dan strategi regional antara kedua negara. Sementara AS tampaknya fokus pada de-eskalasi konflik dan perlindungan kepentingan maritimnya di Laut Merah, Israel tetap sangat prihatin tentang ancaman yang ditimbulkan oleh kelompok Houthi, yang didukung oleh Iran, dan kemampuannya untuk menyerang wilayah Israel.
Perkembangan ini juga menimbulkan pertanyaan tentang keandalan AS sebagai mitra keamanan bagi Israel. Keputusan pemerintahan Trump untuk tidak memberi tahu Israel tentang perundingan dengan Houthi dan Hamas telah menimbulkan kekhawatiran tentang transparansi dan koordinasi antara kedua negara. Beberapa analis berpendapat bahwa langkah-langkah ini menunjukkan perubahan dalam kebijakan AS terhadap Timur Tengah, dengan fokus yang lebih besar pada diplomasi dan de-eskalasi, bahkan jika itu berarti mengorbankan kepentingan sekutunya.
Masa depan hubungan AS-Israel akan bergantung pada bagaimana kedua negara menavigasi perbedaan-perbedaan ini dan menemukan titik temu dalam menghadapi tantangan keamanan regional yang kompleks. Namun, insiden gencatan senjata AS-Houthi telah menciptakan keretakan yang signifikan dalam hubungan bilateral dan meningkatkan ketidakpastian tentang masa depan kerja sama keamanan antara kedua negara.