Rupiah Melemah, Peluang Emas Pariwisata Indonesia?

Keterpurukan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat memunculkan spekulasi tentang dampaknya pada sektor pariwisata Indonesia. Mungkinkah pelemahan Rupiah ini menjadi berkah tersembunyi, menjadikan Indonesia destinasi yang lebih menarik bagi wisatawan mancanegara, seperti yang terjadi di Jepang saat Yen terdepresiasi?

Fenomena Yen yang melemah telah mengubah Jepang menjadi surga belanja dan liburan bagi turis asing. Biaya hidup dan berwisata di Jepang menjadi relatif lebih murah, menarik gelombang wisatawan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pertanyaan yang sama kini muncul di benak para pelaku industri pariwisata Indonesia: Bisakah Rupiah yang melemah memberikan dampak serupa?

Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Maulana Yusran, mengungkapkan bahwa penguatan Dolar saat ini belum memberikan dampak signifikan terhadap industri pariwisata. Namun, ia mengakui adanya potensi positif yang bisa dimanfaatkan. "Dengan Dolar yang menguat, paket wisata ke Indonesia menjadi lebih terjangkau bagi wisatawan asing," ujarnya.

PHRI menekankan pentingnya kolaborasi antar pihak untuk memanfaatkan peluang ini. Namun, di balik potensi tersebut, terdapat tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah penyesuaian biaya operasional di dalam negeri. Meskipun demikian, Yusran optimistis dengan melihat dinamika harga hotel yang sangat bergantung pada tingkat hunian. Semakin tinggi tingkat hunian, semakin mahal pula harga kamar.

Data kuartal pertama tahun 2025 menunjukkan adanya peningkatan jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengindikasikan tren positif ini, meskipun fluktuasi tetap terjadi. Selain faktor nilai tukar, bencana alam yang terjadi di negara lain juga dapat memengaruhi pilihan destinasi wisatawan. Contohnya, Thailand yang mengalami penurunan jumlah wisatawan setelah dilanda gempa bumi.

"Ini adalah kesempatan bagi Indonesia untuk mengembangkan potensinya. Kita harus melihat ke arah sana," tegas Yusran. Ia menambahkan bahwa perang dagang antar negara juga menjadi tantangan tersendiri. Di tengah situasi krisis global, setiap negara memiliki target masing-masing. Untungnya, sektor pariwisata Indonesia masih menunjukkan resiliensi.

"Sejauh ini, kunjungan wisatawan ke Indonesia masih kuat, dan pengeluaran mereka masih lebih tinggi dibandingkan tahun 2024. Ini adalah indikator awal yang positif. Tantangan selanjutnya adalah bagaimana mengelola berbagai faktor eksternal untuk terus menarik wisatawan mancanegara," pungkasnya.