Guru SMP di Simalungun Berurusan dengan Polisi Usai Lerai Perkelahian Siswi
Kasus dugaan kekerasan yang melibatkan seorang guru SMP di Simalungun, Sumatera Utara, kini bergulir ke ranah hukum. Hisar Pangaribuan, guru di SMP N 2 Tapian Dolok, dilaporkan ke pihak kepolisian oleh orang tua siswi berinisial PH (13) atas tuduhan melakukan pemukulan.
Insiden ini bermula ketika PH terlibat perkelahian dengan teman sekelasnya, RH (13), saat jam kerja bakti di kelas pada tanggal 19 April 2025. Menurut keterangan Hisar, ia berusaha melerai perkelahian tersebut. Dalam upayanya menenangkan PH yang emosional, Hisar mengaku menutup mulut siswi tersebut untuk menghentikan ucapan kasar yang dilontarkannya.
"Saya datang karena mendengar keributan dan tidak ada pemukulan. Saya hanya menutup mulutnya karena dia mengeluarkan kata-kata kasar, mungkin karena masih emosi," jelas Hisar.
Setelah kejadian, mediasi sempat diupayakan di Pos Polisi Purbasari Sinaksak, namun tidak mencapai titik temu. Hisar mengaku terganggu konsentrasinya akibat laporan polisi yang dilayangkan kepadanya. Pihak sekolah telah berupaya mendamaikan kedua siswi yang berkelahi dan mengundang orang tua mereka, namun orang tua PH tidak hadir.
Kepala SMPN 2 Tapian Dolok, Rosita Damanik, menyayangkan kasus ini sampai ke ranah hukum. Ia mengungkapkan bahwa proses belajar mengajar di sekolah terganggu akibat masalah ini. Rosita telah memanggil Hisar untuk meminta klarifikasi dan meminta keterangan dari siswa lain yang menyaksikan kejadian tersebut. Ia menilai tindakan Hisar masih dalam batas kewajaran dan telah melaporkan masalah ini secara lisan ke Korwil UPTD Dinas Pendidikan.
Rosita berharap penyelesaian masalah ini dapat dilakukan secara internal di lingkungan sekolah. "Saya menilai tindakan beliau (Guru Hisar) masih wajar. Jika guru yang salah, kami juga akan menindak. Kami ingin siswa berbudi pekerti baik. Tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan di sekolah ini," ujarnya.
Sementara itu, ayah PH, Roresky Harahap, membenarkan bahwa dirinya telah membuat laporan polisi seminggu setelah kejadian. Ia mengaku kecewa dengan lambatnya respons dari pihak sekolah dalam menyelesaikan masalah ini. Roresky juga menyesalkan tindakan guru yang diduga telah menampar putrinya. Menurutnya, Hisar mengakui perbuatannya tersebut.
"Pas pulang sekolah, anak saya menangis di rumah. Saya tanya kenapa menangis, dia bilang ditampar guru di sekolah. Bagaimana perasaan kita jika anak perempuan kita ditampar?" ungkap Roresky.
Ia menambahkan bahwa undangan pertemuan dari pihak sekolah tidak membahas konflik antara siswa dan guru. Roresky berharap Hisar Pangaribuan bersedia datang dan meminta maaf kepada putrinya.
"Sejak kejadian itu, dia (guru) tidak pernah menanyakan kepada anak saya apa yang sakit. Sudah saya bilang sama gurunya, 'Pak, jangan anggap uang, Pak. Datang saja ke rumah minta maaf, selesai,'" kata Roresky.