Program Makan Bergizi Gratis Tuai Kritik: Alih-alih Klaim Sukses, Evaluasi dan Perbaikan Lebih Mendesak
Presiden Prabowo Subianto baru-baru ini mengklaim keberhasilan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang sedang berjalan. Klaim ini didasarkan pada minimnya kasus keracunan yang dilaporkan dibandingkan dengan jumlah penerima manfaat program. Dalam sebuah sidang kabinet, Presiden Prabowo menyebutkan bahwa terdapat sekitar 200 kasus keracunan yang dilaporkan, angka ini dinilai kecil jika dibandingkan dengan total penerima program yang mencapai lebih dari 3 juta orang.
"Jadi, jika kita melihat angka tersebut, hanya sekitar 200 orang yang mengalami keracunan atau masalah pencernaan. Ini berarti hanya 0,005 persen dari total penerima manfaat. Dengan demikian, kita dapat mengatakan bahwa program ini berhasil sebesar 99,99 persen," ujar Presiden Prabowo.
Klaim keberhasilan ini kemudian mendapatkan tanggapan kritis dari Direktur Kebijakan Publik Center of Economic and Law Studies (Celios), Media Wahyudi Iskandar. Menurutnya, kasus keracunan yang terjadi seharusnya menjadi fokus utama untuk evaluasi dan perbaikan program MBG, bukan hanya melihatnya sebagai angka kecil dibandingkan dengan total penerima manfaat. Media Wahyudi Iskandar menekankan bahwa kasus keracunan bukanlah sekadar masalah statistik, melainkan menyangkut keselamatan dan kesehatan manusia.
"Kasus keracunan ini bukan hanya tentang makanan basi. Ini tentang nyawa manusia. Satu nyawa pun tidak bisa dinilai hanya dengan angka statistik. Kita tidak bisa mengatakan bahwa ini hanya sebagian kecil dari keseluruhan," tegas Media.
Media juga menyoroti pentingnya evaluasi komprehensif terhadap program MBG. Menurutnya, indikator keberhasilan program tidak hanya dapat diukur dari jumlah penerima manfaat atau besarnya anggaran yang disalurkan. Keberhasilan MBG harus dilihat dari sejauh mana program ini tepat sasaran, pelaksanaannya berjalan dengan baik, serta dampaknya terhadap anak-anak penerima manfaat.
"Dampaknya harus dilihat dari sisi gizi, motivasi belajar, dan aspek lainnya. Jika itu belum bisa dibuktikan, belum bisa diklaim program ini berhasil," jelas Media.
Lebih lanjut, Media Wahyudi Iskandar menyarankan agar pemerintah lebih fokus pada perbaikan dan peningkatan kualitas program MBG, daripada terburu-buru mengklaim keberhasilan. Pengakuan terhadap adanya masalah dan komitmen untuk memperbaikinya akan lebih dihargai daripada sekadar klaim keberhasilan yang belum terbukti secara komprehensif.
Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dalam evaluasi program MBG:
- Ketepatan Sasaran: Apakah program ini benar-benar menjangkau anak-anak yang membutuhkan?
- Kualitas Makanan: Apakah makanan yang disediakan bergizi dan aman untuk dikonsumsi?
- Pelaksanaan Program: Apakah program ini dilaksanakan dengan baik dan efisien?
- Dampak Program: Apakah program ini memberikan dampak positif terhadap gizi, kesehatan, dan motivasi belajar anak-anak?
Diharapkan, pemerintah dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memastikan program MBG dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi anak-anak Indonesia.