Ancaman Keamanan Data Biometrik Mengintai di Balik Iming-Iming WorldID
Gelombang antusiasme masyarakat Bekasi dan Depok terhadap program WorldID, yang menawarkan imbalan finansial hanya dengan pemindaian iris mata, kini berujung kekecewaan dan kekhawatiran. Janji manis mendapatkan ratusan ribu rupiah dengan mudah telah menarik perhatian banyak orang, terutama mereka yang tengah berjuang memenuhi kebutuhan ekonomi. Namun, realita di lapangan tidak seindah yang dijanjikan.
Banyak warga yang datang ke lokasi pendaftaran WorldID justru mendapati gerai tersebut tutup. Pembekuan layanan oleh pemerintah menjadi penyebabnya. Kejadian ini sontak menimbulkan tanda tanya besar mengenai keamanan data biometrik yang telah atau akan mereka berikan. Mulyana, seorang ibu rumah tangga dari Tambun Utara, Bekasi, mengungkapkan kekecewaannya setelah mendapati gerai WorldID tempat dia dan kerabatnya akan mendaftar tutup. Meskipun awalnya tergiur iming-iming uang, kini ia diliputi keraguan akan potensi penyalahgunaan data iris matanya. "Mungkin disalahgunakan apa gimana, tapi ya udahlah...", ujarnya pasrah.
Kekecewaan serupa juga dirasakan warga Depok. Puluhan orang rela mengantre sejak pagi di sebuah ruko di Jalan Margonda, namun gerai WorldID tak kunjung buka. Alasan yang diberikan petugas setempat, perbaikan alat verifikasi, tidak sepenuhnya meyakinkan para pengantre. Doni, salah seorang warga yang ikut mengantre, mempertanyakan logika di balik pemberian uang hanya dengan pemindaian retina. Pertanyaan yang sama kini menggelayuti benak banyak orang: seberapa amankah menyerahkan data biometrik yang sangat personal demi imbalan sesaat?
Risiko Penyalahgunaan Data Biometrik
Alfons Tanujaya, pakar keamanan siber dari Vaksin.com, menegaskan bahwa kekhawatiran masyarakat sangat beralasan. Data iris mata merupakan informasi sensitif yang, jika jatuh ke tangan yang salah, dapat disalahgunakan untuk berbagai tujuan jahat.
"Yang paling menentukan dalam keamanan data itu bukan jenis biometriknya, tetapi bagaimana pengelola biometrik mengamankan datanya," jelas Alfons. Ia menambahkan bahwa meskipun data iris umumnya disimpan dalam bentuk terenkripsi dan tersebar di beberapa server, risiko penyalahgunaan tetap ada. Potensi penyalahgunaan oleh World.ID, atau bahkan perusahaan teknologi raksasa seperti Google, Meta, atau Microsoft, tidak dapat diabaikan.
Alfons juga menyinggung bahwa masyarakat cenderung lebih khawatir terhadap potensi penyalahgunaan data biometrik dibandingkan data lain yang sebenarnya juga berisiko. Contohnya, data pengguna Google Maps dan Waze yang sangat berharga dan berbahaya jika bocor. Namun, karena manfaat yang ditawarkan besar dan dikelola oleh perusahaan yang dianggap bertanggung jawab, masyarakat cenderung lebih tenang.
Berikut adalah beberapa poin yang perlu diperhatikan terkait risiko penggunaan data biometrik:
- Keamanan Data: Bagaimana data iris mata disimpan dan diamankan oleh WorldID?
- Potensi Penyalahgunaan: Apa saja risiko jika data iris mata disalahgunakan?
- Perbandingan dengan Data Lain: Mengapa masyarakat lebih khawatir terhadap data biometrik dibandingkan data lainnya?
Antusiasme warga terhadap WorldID menjadi ironi di tengah kerentanan keamanan data pribadi. Tawaran imbalan finansial yang menggiurkan ternyata menyimpan potensi risiko yang tidak boleh diabaikan. Pemerintah dan pihak terkait perlu mengambil langkah tegas untuk melindungi data biometrik masyarakat dari penyalahgunaan.