Indonesia Kuasai Lebih dari Separuh Pasokan Nikel Global, Harga Justru Tertekan
Dominasi Nikel Indonesia di Pasar Global dan Tekanan Harga
Indonesia saat ini memegang peranan krusial dalam rantai pasok nikel global. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan bahwa Indonesia menyumbang sekitar 65% dari total pasokan nikel dunia. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai pemain kunci dalam industri nikel, terutama dalam produksi stainless steel yang menjadi konsumen utama komoditas ini.
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM, Tri Winarno, menyampaikan informasi ini dalam forum diskusi bersama Komisi XII DPR RI. Data tersebut menegaskan posisi strategis Indonesia dalam memenuhi kebutuhan nikel dunia. Sebagian besar ekspor nikel Indonesia ditujukan ke China, yang merupakan pusat industri stainless steel terbesar di dunia. Ketergantungan industri hilir China pada nikel Indonesia menunjukkan betapa vitalnya peran Indonesia dalam menjaga stabilitas rantai pasok global.
Meski mendominasi pasokan, harga nikel saat ini menghadapi tekanan signifikan. Harga Mineral Logam Acuan (HMA) nikel untuk bulan Mei 2025 tercatat sebesar US$ 15.049,23 per dry metric ton (dmt). Angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan bulan April 2025 yang mencapai US$ 16.126,33 per dmt. Penurunan harga ini menimbulkan pertanyaan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Tri Winarno menjelaskan bahwa oversupply atau kelebihan pasokan menjadi salah satu faktor yang mungkin menyebabkan penurunan harga. Namun, ia juga tidak menutup kemungkinan adanya faktor lain yang turut mempengaruhi, seperti perang dagang antar negara. Ketidakpastian global dan dinamika perdagangan internasional dapat memberikan dampak signifikan pada harga komoditas, termasuk nikel. Analisis mendalam diperlukan untuk mengidentifikasi penyebab utama penurunan harga nikel ini dan merumuskan strategi yang tepat untuk mengatasi tantangan tersebut. Pemerintah Indonesia terus berupaya untuk menjaga stabilitas industri nikel dan memaksimalkan nilai tambah komoditas ini melalui hilirisasi dan pengembangan industri pengolahan di dalam negeri. Tujuannya adalah untuk meningkatkan daya saing nikel Indonesia dan memberikan kontribusi yang lebih besar bagi perekonomian nasional.