Belajar dari Pengalaman Negara Lain, BGN Evaluasi Program Makan Bergizi Gratis Pasca Kasus Keracunan
Evaluasi Program Makan Bergizi Gratis: Belajar dari Kasus Keracunan di Negara Maju
Badan Gizi Nasional (BGN) tengah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap program Makan Bergizi Gratis (MBG) pasca terjadinya sejumlah kasus keracunan di berbagai daerah. Kepala BGN, Dadan Hindayana, menekankan pentingnya belajar dari pengalaman negara-negara maju yang juga pernah menghadapi tantangan serupa dalam implementasi program serupa.
Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi IX DPR RI, Dadan mengungkapkan bahwa kasus keracunan bukanlah fenomena baru dan pernah terjadi di negara-negara yang telah lama menjalankan program makanan bergizi untuk siswa. Ia mencontohkan Mesir, di mana kasus keracunan massal terjadi pada tahun 2017, padahal program telah berjalan sejak 1991. Tiongkok dan Jepang juga mencatat kasus serupa setelah program berjalan lebih dari satu dekade. Bahkan, negara seperti Amerika Serikat dan Finlandia pun tidak luput dari insiden keracunan setelah puluhan tahun menjalankan program tersebut. Republik Dominika dan Afrika Selatan pun mengalami hal serupa, dengan dampak yang beragam, termasuk satu kasus kematian.
"Pengalaman negara lain menjadi pelajaran berharga bagi kita," ujar Dadan. "Keberhasilan program selama beberapa bulan tidak boleh membuat kita lengah. Penyegaran dan pengawasan ketat terhadap kebersihan dan higienitas makanan harus terus dilakukan agar program MBG benar-benar bermanfaat bagi siswa."
Penanganan Kasus Keracunan MBG di Indonesia
Dadan mengakui bahwa beberapa kasus keracunan telah terjadi di Indonesia dalam program MBG yang baru berjalan beberapa bulan. Kasus di Sukoharjo, Jawa Tengah, menjadi salah satu contohnya, di mana sekitar 40 siswa terdampak akibat masalah teknis saat pengolahan makanan. Kasus lain terjadi di Batang, Jawa Tengah, akibat keterlambatan konsumsi makanan yang sudah disiapkan dengan baik. Sementara itu, kasus di Cianjur, Jawa Barat, menunjukkan hasil laboratorium yang negatif terhadap racun, meskipun sejumlah siswa mengalami gejala muntah.
"Kami terus mencari penyebab pasti muntah-muntah yang dialami siswa di Cianjur," jelas Dadan. "Selain itu, kami juga sedang mendalami kejadian serupa di Bandung, Tasik, dan Pali, Sumatera Selatan."
BGN terus berupaya melakukan perbaikan Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk meminimalkan risiko terjadinya kasus serupa di masa depan. Salah satu fokus utama adalah memastikan makanan segera didistribusikan setelah dimasak untuk menjaga kualitas dan keamanannya.
Berikut adalah daftar tindakan perbaikan SOP:
- Memperketat pengawasan terhadap proses pengolahan makanan.
- Memastikan distribusi makanan dilakukan secepatnya setelah dimasak.
- Melakukan penyegaran dan pelatihan berkala bagi petugas Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
- Meningkatkan koordinasi dengan pihak sekolah dan dinas kesehatan setempat.
- Memastikan semua fasilitas dan peralatan yang digunakan memenuhi standar kebersihan dan higienitas.
BGN menargetkan nol kasus keracunan dalam program MBG. Evaluasi dan perbaikan SOP terus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Program MBG diharapkan dapat memberikan manfaat maksimal bagi kesehatan dan gizi siswa di seluruh Indonesia dengan memperhatikan seluruh aspek dari hulu ke hilir.