Investigasi Keracunan Program Makan Bergizi Gratis: Diduga Proses Pengolahan Terlalu Dini Jadi Sorotan
Gelombang kasus keracunan yang menimpa siswa penerima program Makan Bergizi Gratis (MBG) di berbagai daerah, seperti Bandung, Tasikmalaya, dan Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Sumatera Selatan, memicu perhatian serius dari Badan Gizi Nasional (BGN). Kepala BGN, Dadan Hindayana, mengungkapkan dugaan awal bahwa permasalahan utama terletak pada proses pengolahan makanan yang terlalu dini.
Dalam rapat bersama Komisi IX DPR RI, Dadan menjelaskan bahwa temuan sementara mengindikasikan adanya jeda waktu yang terlalu panjang antara proses memasak dan pendistribusian makanan. "Kasus-kasus yang terjadi di Bandung, Tasikmalaya, dan PALI, berdasarkan informasi awal yang kami terima, mengarah pada dugaan bahwa makanan dimasak terlalu awal dan tidak segera didistribusikan," ujarnya.
Meski demikian, Dadan menekankan bahwa investigasi masih terus berlangsung untuk mengungkap penyebab pasti keracunan. Pihaknya juga mengakui belum menerima laporan lengkap terkait insiden di Jawa Barat dan Sumatera Selatan tersebut.
Menyoroti kasus di Kabupaten Bandung, Dadan menjelaskan bahwa Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang terlibat dalam program MBG dikelola oleh seorang chef profesional yang berpengalaman di restoran. Hal ini menimbulkan keyakinan bahwa dari segi kualitas dan higiene, makanan yang disajikan seharusnya telah memenuhi standar yang ditetapkan. "Chef yang bertugas adalah chef restoran. Jadi, dari segi kualitas dan kebersihan, seharusnya sudah memenuhi syarat. Namun, sayangnya, beberapa siswa tetap mengalami dampak keracunan," kata Dadan.
Sementara itu, terkait kasus di PALI, Dadan menyebutkan bahwa proses pengolahan makanan secara umum tidak menunjukkan adanya masalah yang signifikan. Namun, ia mengakui adanya praktik penyimpanan makanan yang dinilai kurang tepat. Ikan yang diterima pada hari Jumat, menurutnya, langsung dimasukkan ke dalam freezer. Kemudian, saat akan dimasak, ikan tersebut dikeluarkan dan diolah setengah matang sebelum kembali disimpan dalam freezer. Proses ini diulang sebelum akhirnya makanan didistribusikan. "Setelah diuji, kondisi makanan sebenarnya masih baik. Namun, di lapangan, terjadi kasus keracunan," ungkap Dadan.
Kasus keracunan setelah mengkonsumsi MBG bukanlah kejadian baru. Insiden serupa kerap terjadi di berbagai daerah, dengan kasus terbaru menimpa ratusan siswa di Kabupaten PALI pada Senin, 5 Mei 2025. Akibatnya, pelaksanaan program MBG di wilayah tersebut dihentikan sementara.
Sebelumnya, kasus serupa juga terjadi di SPPG Yayasan Abu Bakar Ash-Shiddiq, Tasikmalaya, pada Kamis, 1 Mei 2025, dan di SMP Negeri 35 Bandung pada 30 April 2025.
Rentetan kejadian ini menjadi alarm bagi semua pihak terkait untuk lebih meningkatkan pengawasan dan evaluasi terhadap seluruh aspek pelaksanaan program MBG, mulai dari pemilihan bahan baku, proses pengolahan, penyimpanan, hingga pendistribusian makanan, guna mencegah terulangnya kejadian serupa di masa mendatang.