Ngawi Geger: Pernikahan Sederhana dengan Mahar Simbolis dan Kisah Cinta Menyentuh Hati
Pernikahan Sederhana Gemparkan Jagat Maya: Kisah Cinta di Balik Kesederhanaan
Sebuah pernikahan sederhana di Kelurahan Sumberejo, Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, mendadak viral dan menjadi perbincangan hangat di media sosial. Pasangan Siti Fatonah (29) dan Ribut Ariyanto (34) memilih menggelar pernikahan yang jauh dari kemewahan, namun sarat akan makna dan cinta sejati.
Tidak ada gemerlap dekorasi, tenda mewah, atau hiruk pikuk wedding organizer dalam pernikahan Siti dan Ribut. Acara berlangsung di kediaman keluarga mempelai wanita dengan suasana yang khidmat dan penuh kebahagiaan. Bahkan, momen-momen berharga diabadikan hanya dengan menggunakan kamera telepon seluler.
Hardi, seorang kerabat dekat keluarga, mengungkapkan bahwa total biaya yang dikeluarkan untuk pernikahan ini hanya sekitar satu juta rupiah. Ribut, yang sehari-harinya bekerja sebagai buruh bangunan serabutan, dan Siti, seorang buruh tani, memang memiliki keterbatasan ekonomi. Namun, hal itu tidak menghalangi niat mereka untuk mengikat janji suci.
"Biaya yang dikeluarkan sekitar satu jutaan. Pengantin laki-laki ini kerjanya serabutan, pengantin perempuan buruh tani," ujar Hardi.
Keterbatasan dana juga membuat Siti dan Ribut memutuskan untuk tidak menggunakan jasa make-up artist (MUA). Uang satu juta rupiah tersebut dialokasikan untuk mengurus keperluan administrasi pernikahan. Jas yang dikenakan Ribut pun merupakan pinjaman dari tetangga.
Undangan Terbatas dan Menu Sederhana
Pernikahan Siti dan Ribut hanya dihadiri oleh sekitar 20 tamu undangan, yang sebagian besar adalah tetangga dekat. Menu yang disajikan pun sederhana, yaitu soto ayam untuk seluruh tamu.
"Tamu undangan sekitar 20 orang, rata-rata tetangga dekat. Suguhan makanannya soto ayam," kata Hardi.
Kisah Cinta yang Tak Terduga
Di balik kesederhanaan pernikahan ini, tersimpan sebuah kisah cinta yang tak terduga. Siti ternyata adalah mantan istri dari kakak Ribut yang telah meninggal dunia. Keluarga merasa iba terhadap Siti, yang telah memiliki seorang anak, dan menjodohkannya dengan Ribut.
"Keluarga kasihan kalau Siti dinikahi orang lain, khawatir anaknya ditinggalkan. Apalagi anaknya masih kecil. Ariyanto juga mau merawat anaknya Siti. Setelah dekat, mereka memutuskan menikah meski sederhana," tutur Hardi.
Mahar Simbolis dan Pengembalian untuk Membantu
Ribut memberikan mahar berupa uang tunai sebesar Rp 100.000 kepada Siti. Namun, uang tersebut kemudian dikembalikan oleh Siti kepada Ribut untuk membantu membayar utangnya.
"Uang dikembalikan Siti untuk membayar utangnya Ariyanto," ungkap Hardi.
Video pernikahan sederhana Siti dan Ribut yang diunggah ke media sosial, awalnya hanya sebagai kenang-kenangan bagi kedua mempelai. Namun, tak disangka, video tersebut menjadi viral dan menyentuh hati banyak orang.
Sebelum menikah, Ribut bekerja sebagai tukang bangunan serabutan. Jika tidak ada proyek, ia menjadi buruh tani. Siti juga bekerja sebagai buruh tani, membantu warga menanam dan memanen padi.
Meski kehidupan ekonomi mereka tidak mudah, Hardi yakin bahwa dengan doa dan kerja keras, Siti dan Ribut akan mampu mengarungi bahtera rumah tangga dengan bahagia.
"Saya yakin berkat doa semuanya, Ariyanto dan Siti dapat mengarungi bahtera kehidupan ke depannya," pungkas Hardi.
Kisah pernikahan Siti dan Ribut menjadi bukti bahwa kebahagiaan tidak selalu diukur dengan kemewahan. Cinta, kesederhanaan, dan dukungan dari keluarga adalah modal utama untuk membangun rumah tangga yang harmonis.