Kurikulum 2026: Coding Jadi Mata Pelajaran Pilihan di SD, Begini Tanggapan Pakar
Coding Masuk Kurikulum SD: Langkah Maju atau Tantangan Baru?
Pembelajaran coding akan diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah dasar mulai tahun 2026. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti mengumumkan bahwa mata pelajaran ini akan menjadi pilihan bagi siswa kelas 5 SD.
"Kami akan menjadikan coding dan kecerdasan artifisial sebagai mata pelajaran pilihan untuk jenjang SD, SMP, dan SMA. Untuk SD, akan dimulai dari kelas 5 pada tahun pelajaran 2025-2026," ujar Abdul Mu'ti di Jakarta.
Menanggapi kebijakan ini, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya), Achmad Hidayatullah, Ph.D., memberikan catatan penting. Ia menekankan bahwa pengenalan coding pada usia dini sangat relevan dengan perkembangan kognitif anak.
Potensi dan Manfaat Coding untuk Anak SD
Menurut Dayat, anak-anak kelas 5 SD berada dalam tahap perkembangan operasional konkret, di mana mereka mampu melakukan operasi mental seperti menyusun urutan, klasifikasi, dan menarik kesimpulan logis. Kemampuan-kemampuan ini menjadi fondasi penting untuk mempelajari coding.
"Pada usia ini, anak sudah memiliki kapasitas untuk berpikir logis, memahami hubungan sebab-akibat, dan memahami simbol. Oleh karena itu, pengenalan coding sejak kelas 5 SD bukan hanya layak, tetapi juga strategis," jelas Dayat.
Dayat menambahkan, belajar coding dapat mengasah logika berpikir, kreativitas, dan kemampuan pemecahan masalah. Anak-anak tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga berpotensi menjadi inovator.
Catatan Penting: Pendekatan Pembelajaran yang Tepat
Namun, Dayat menekankan pentingnya pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak-anak. Coding tidak boleh diajarkan dengan cara yang kaku dan membosankan. Pendekatan visual, menyenangkan, dan interaktif menjadi kunci keberhasilan.
"Anak-anak harus diberi tahu bahwa belajar coding itu tidak sekadar menulis kode, tetapi juga membangun masa depan. Coding adalah alat untuk berkarya, bukan sekadar pelajaran tambahan," tegas Dayat.
Salah satu contoh metode pengajaran yang ramah anak adalah melalui pengenalan simbol warna dan angka. Misalnya, lingkaran berwarna merah, kuning, hijau, dan biru masing-masing dikodekan dengan angka 2, 3, 4, dan 5. Selain itu, anak-anak juga perlu memahami manfaat belajar coding, seperti peluang karier di masa depan dan kemampuan menciptakan game atau aplikasi sendiri.
Tantangan dan Persiapan Sekolah
Kebijakan ini tentu menjadi tantangan bagi sekolah-sekolah di Indonesia. Sekolah perlu mempersiapkan kurikulum coding yang relevan dan menyenangkan, serta melatih guru-guru untuk menguasai materi dan metode pengajaran yang tepat.
Mendikdasmen Abdul Mu'ti menawarkan bantuan pelatihan bagi guru-guru yang memerlukan peningkatan kompetensi. "Silakan sekolah bisa melatih sendiri kurikulumnya atau yang memang nanti memerlukan kami untuk pelatihan, kami juga akan melatih mereka," ujarnya.
Dengan pendekatan yang tepat dan persiapan yang matang, pembelajaran coding di sekolah dasar berpotensi menjadi salah satu pelajaran favorit dan memberikan manfaat besar bagi perkembangan anak-anak Indonesia di era digital.