Laju Pengangguran di Jakarta Meningkat, Lulusan SMK/SMA Paling Terdampak
Tingkat Pengangguran di DKI Jakarta Alami Kenaikan
Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta baru-baru ini melaporkan bahwa tingkat pengangguran di ibu kota mengalami peningkatan pada Februari 2025, meskipun jumlah angkatan kerja dan penduduk yang bekerja juga bertambah.
Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) mencatat jumlah angkatan kerja di DKI Jakarta mencapai 5,47 juta orang pada Februari 2025, meningkat 41 ribu orang dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dari jumlah tersebut, 5,14 juta orang bekerja, namun 338,39 ribu orang masih menganggur. Peningkatan jumlah penduduk yang bekerja sebanyak 30 ribu orang tidak sebanding dengan kenaikan angka pengangguran yang mencapai 10 ribu orang.
Hal ini mengindikasikan bahwa laju pertumbuhan lapangan kerja belum mampu menyerap seluruh penambahan angkatan kerja di Jakarta.
Analisis Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) DKI Jakarta pada Februari 2025 adalah 6,18 persen, naik 0,15 persen poin dari Februari 2024. Artinya, dari setiap 100 orang angkatan kerja, sekitar 6 orang tidak memiliki pekerjaan. TPT laki-laki mencapai 6,77 persen, lebih tinggi dari TPT perempuan yang sebesar 5,29 persen. Kenaikan TPT pada laki-laki sebesar 0,64 persen poin menunjukkan bahwa mereka lebih terdampak dibandingkan perempuan, yang justru mengalami penurunan pengangguran sebesar 0,58 persen poin.
Lulusan SMK Masih Mendominasi Angka Pengangguran
Berdasarkan jenjang pendidikan, lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih menjadi kelompok dengan tingkat pengangguran tertinggi, yaitu 9,07 persen. Kondisi ini telah berlangsung selama dua tahun terakhir. Sementara itu, lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) mencatatkan tingkat pengangguran terendah, yaitu 3,00 persen. Data ini mengindikasikan adanya ketidaksesuaian antara keterampilan yang dimiliki lulusan SMK dengan kebutuhan pasar kerja, meskipun SMK seharusnya mempersiapkan siswa untuk langsung bekerja.
Secara keseluruhan, lulusan SMA/SMK mendominasi angka pengangguran dengan proporsi mencapai 38,61 persen dari total pengangguran pada Februari 2025. Lulusan Diploma I/II/III dan SD ke bawah memiliki porsi pengangguran terendah, masing-masing sebesar 2,05 persen dan 7,51 persen.
Kenaikan angka pengangguran di tengah peningkatan jumlah angkatan kerja menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja di DKI Jakarta belum sepenuhnya adaptif terhadap pertumbuhan penduduk usia produktif. Dominasi lulusan SMK dan SMA dalam angka pengangguran mengindikasikan perlunya penyesuaian kurikulum dan pelatihan kerja agar sesuai dengan kebutuhan industri. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta perlu menyoroti pentingnya kebijakan ketenagakerjaan yang lebih terintegrasi antara dunia pendidikan dan sektor industri untuk mengatasi tantangan ini.
Kebijakan yang komprehensif dan kolaboratif antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan industri sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mengurangi angka pengangguran di DKI Jakarta. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi dapat berjalan seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat.