Perjuangan Ibu di Banyuwangi: Merawat Anak Kembar Stunting dengan Bantuan Pemerintah
Kiki, seorang ibu berusia 25 tahun dari Desa Watukebo, Banyuwangi, Jawa Timur, mengungkapkan rasa terima kasihnya atas bantuan yang diterimanya dari berbagai pihak, terutama pemerintah daerah, dalam upaya menangani kondisi stunting yang dialami anak kembarnya.
Kedua putrinya, yang lahir prematur dengan berat badan hanya sekitar 1,1 kilogram, kini berusia dua tahun namun berat badan mereka masih jauh di bawah standar anak seusianya, yaitu 7,4 kilogram dan 8 kilogram. Kondisi ini diperburuk dengan masalah kesehatan yang sering dialami kedua balita tersebut, seperti sakit perut.
"Anak saya sering sakit perut, kurang minum air," ujar Kiki, menggambarkan tantangan yang dihadapinya.
Perjalanan hidup Kiki penuh dengan liku-liku. Setelah menikah dengan seorang pria dari Kecamatan Kalipuro, ia ditinggalkan saat kedua anaknya masih sangat kecil. Situasi ini memaksanya untuk kembali tinggal bersama orang tuanya dan tidak dapat bekerja karena harus fokus merawat kedua buah hatinya. Saat ini, ia sepenuhnya bergantung pada penghasilan ayahnya yang bekerja sebagai buruh tani. Dengan sumber daya yang terbatas, Kiki harus pintar-pintar mengatur keuangan keluarga.
Namun, di tengah kesulitan tersebut, Kiki sangat bersyukur atas bantuan yang diterimanya dari pemerintah. Bantuan tersebut meliputi pemenuhan kebutuhan gizi dan akses layanan kesehatan yang memadai untuk kedua anaknya. Puskesmas setempat secara rutin memberikan susu formula, sementara pemerintah desa memberikan dukungan tambahan berupa telur dan bantuan lainnya. Selain itu, Kiki juga mendapatkan rujukan untuk pemeriksaan rutin di RSUD Blambangan guna memantau perkembangan kedua anaknya.
"Setiap bulan diantarkan periksa ke (poli anak) RSUD Blambangan. Tidak ada penyakit tapi berat badan harus dinaikkan," ungkapnya, mengutip saran dari dokter yang menangani kedua anaknya.
Menurut data dari Desa Bajulmati, Kiki merupakan salah satu dari 40 ibu yang memiliki anak dengan kondisi stunting. Setiap bulannya, ia menerima bantuan berupa telur, susu, dan rujukan rutin ke poli anak di RSUD Blambangan. Setiap anak stunting menerima 10 butir telur, sementara anak yang terindikasi mendekati gizi buruk mendapatkan hingga 20 butir telur.
Kepala Desa Bajulmati, Maimun Hariyono, menjelaskan bahwa program bantuan ini telah berjalan sejak tahun 2022 dan menunjukkan dampak positif. Jumlah anak stunting di Desa Watukebo, Wongsorejo, yang sebelumnya mencapai 57 anak pada tahun 2022, berhasil diturunkan menjadi 40 anak pada tahun 2025. Melalui kader posyandu, sekitar 3.000 butir telur disalurkan setiap bulannya kepada masyarakat yang membutuhkan perhatian kesehatan, mulai dari ibu hamil, anak stunting, hingga pemberian makanan tambahan (PMT) di posyandu.
Bantuan tersebut menjadi harapan bagi Kiki dan keluarga, serta menjadi bukti nyata komitmen pemerintah daerah dalam mengatasi masalah stunting dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.